Selasa, 29 Mei 2012

Onthel ’ers IAIN

0 komentar

Onthel’ers IAIN 


Berbicara mengenai hal yang unik-unik di IAIN, mata kita pasti tertuju pada sepeda-sepeda zaman dulu yang sering terparkir di depan fakultas tarbiyah. Jenis sepeda onthel 22 yang selalu mewarnai area kampus ini memang selalu menjadi sudut perhatian segenap warga IAIN.

Ketertarikan tiga mahasiswa fakultas tarbiyah terhadap sepeda unik nan ramah lingkungan ini membuat mereka berinisiatif untuk menggunakannya sebagai alat transportasi sehari-hari.
Yasrul Huda mengatakan bahwa onthel yang kira-kira telah berumur 40-an tahun yang ia miliki merupakan warisan orangtuanya. Awalnya, sepedanya sudah tidak digunakan karena kerusakan yang cukup parah. Namun, dengan niat untuk mengulang sejarah lama sepeda ini, ia pun memperbaikinya dengan harga yang relatif mahal. Lain halnya dengan dua teman sekomunitasnya yang membeli sepeda ini karena ketertarikannya dengan model sepeda yang unik dan langka. 

Ketiga mahasiswa yang berjurusan BKI semester 6 ini juga sering mendapatkan komentar-komentar sinis dari berbagai kalangan. Ada diantara masyarakat yang mengatakan, “hari gini masih naik sepeda jadul?”. Namun banyak juga yang menanggapinya secara positif bahkan sempat terikut-ikut ingin punya sepeda serupa.  

Ketiga mahasiswa ini juga bergabung dalam suatu komunitas yang bernama DESA (Deli Sepeda Antik) yang bersekretariat di Tembung Bandar Khalifah. Komunitas yang beranggotakan sekitar 50 orang ini selalu berkumpul pada minggu pagi di Simpang Jodoh dan setiap malam sabtu, anak-anak muda komunitas ini selalu berkeliling kota medan. Komunitas ini selalu mengutamakan solidaritas yang tinggi. Hal ini terlihat dari kegiatan mereka yang tidak pernah mengutip iuran wajib sehingga jika ada sesuatu acara, mereka akan mengumpulkan dana secara patungan. Bagi kalangan yang ingin menjadi anggota komunitas, yang pasti intinya harus memiliki sepeda onthel. Selain itu, juga melampirkan fotocopy KTP dan biodata lengkap. 

Berbagai pengalaman menarik telah mereka alami, baik suka maupun duka. Yasrul huda mengatakan,“Naik sepeda itu asyiknya bisa ngumpul rame-rame, bisa godain cewek, bebas polusi dan anti polisi. Tapi, naik sepeda kekurangannya ya kehujanan, panas-panasan, kalo banjir sepatu basah”. Sama halnya dengan irhas, “bisa ngumpul rame-rame, olahraga, makin sehat, dan ikut mengkampanyekan go green. Tapi kepanasan dan basah karena kena hujan”, tukasnya. Habib juga punya pengalaman yang tak kalah menarik. Ketika ia membonceng seorang cewek, ada bapak-bapak yang berkata,”abang lagi syuting film, ya?”.  

Koleksi atribut onthel mereka juga cukup menjadi perhatian. Topi putih semacam topi kompeni zaman belanda ini cukup mahal bahkan melebihi harga helm sepeda motor. Tas yang selalu tergantung di bagian belakang sepeda juga tak kalah unik yang mereka tempah dengan harga 80 ribu di jalan Mesjid. Pada hari-hari khusus, para komunitas sepeda ini juga memakai pakaian lengkap dengan blangkon layaknya sipitung. Bendera komunitas onthel pun tak lupa mereka pajangkan di sepeda.

Yasrul huda mengatakan, perawatan sepeda ini cukup mudah. Perawatan rutin hanya sekedar bersih-bersih, rantai dikasih minyak dan sebagainya layaknya perawatan sepeda biasa. Tapi, jika kerusakan sepeda sudah agak parah, mereka akan membawa ke bengkel khusus onthel yang beralamat dijalan padang dan jalan tembung. Untuk masalah pemarkiran, penawaran harga parkir sepeda ini bisa dilakukan dengan harga miring dan pengamanan juga harus diperhatikan seperti mengunci roda bahkan merantai sepedanya.

Bagi yang berminat untuk mempunyai sepeda unik ini, komunitas mereka juga menyediakan jasa penjualan dari kolekdol (kolektor dol-dolan). Apabila koleksi yang ditawarkan dan harganya cocok, maka transaksi bisa disepakati. Yasrul huda juga mengatakan bahwa yang menggunakan sepeda onthel pada zaman dahulu hanyalah orang-orang yang bermodal tinggi, sedangkan jika zaman sekarang, hanya orang-orang yang bermental tinggi saja yang mampu menggunakan sepeda ini.


0 komentar: