Kamis, 08 Maret 2012

Ummati..Ummati...(Peristiwa Kewafatan Rasulullah)

0 komentar
Diriwayatkan bahawa surah Al-Maaidah ayat 3 diturunkan pada sesudah waktu asar yaitu pada hari Jumaat di padang Arafah pada musim haji penghabisan [Wada']. Pada masa itu Rasulullah SAW berada di atas unta. Ketika ayat ini turun Rasulullah SAW tidak begitu jelas penerimaannya untuk mengingati isi dan makna yang terkandung dalam ayat tersebut. Kemudian Rasulullah SAW bersandar pada unta beliau, dan unta beliau pun duduk perlahan-lahan. Setelah itu turun malaikat Jibrail dan berkata: "Wahai Muhammad, sesungguhnya pada hari ini telah disempurnakan urusan agamamu, maka terputuslah apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan demikian juga apa yang terlarang olehNya. Oleh itu kamu kumpulkan para sahabatmu dan beritahu kepada mereka bahawa hari ini adalah hari terakhir aku bertemu dengan kamu."

Setelah malaikat Jibrail pergi maka Rasulullah SAW pun berangkat ke Mekah dan terus pergi ke Madinah. Rasulullah SAW lalu mengumpulkan para sahabat baginda, dan menceritakan apa yang telah diberitahu oleh malaikat Jibrail. Apabila para sahabat RA mendengar hal yang demikian maka mereka pun gembira sambil berkata: "Agama kita telah sempurna. Agama kila telah sempurna."

Apabila Abu Bakar RA mendengar keterangan Rasulullah SAW itu, maka ia tidak dapat menahan kesedihannya. Abu BAkar RA pulang ke rumah lalu mengunci pintu dan menangis sekuat-kuatnya. Abu Bakar RA menangis dari pagi hingga ke malam. Kisah tentang Abu Bakar RA menangis telah sampai kepada para sahabat yang lain. Maka berkumpullah para sahabat RA di depan rumah Abu Bakar RA dan bertanya: "Wahai Abu Bakar, apakah yang telah membuat kamu menangis sehingga begini sekali keadaanmu? Seharusnya kamu merasa gembira sebab agama kita telah sempurna."

Mendengarkan pertanyaan dari para sahabat RA maka Abu Bakar RA pun berkata, "Wahai para sahabatku, kamu semua tidak tahu tentang musibah yang menimpa kamu, tidakkah kamu tahu bahawa apabila sesuatu perkara itu telah sempurna maka akan kelihatanlah akan kekurangannya. Dengan turunnya ayat tersebut bahawa ia menunjukkan perpisahan kita dengan Rasulullah SAW. Hasan dan Husin menjadi yatim dan para isteri Rasulullah menjadi janda." Setelah mereka mendengar penjelasan dari Abu Bakar RA maka sedarlah mereka akan kebenaran kata-kata Abu Bakar RA, lalu mereka menangis dengan sekuat-kuatnya. Tangisan mereka telah didengar oleh para sahabat yang lain, maka mereka pun terus memberitahu Rasulullah SAW tentang kejadian yang mereka saksikan itu.

Berkata salah seorang dari para sahabat RA, "Ya Rasulullah, kami baru kembali dari rumah Abu Bakar dan kami dapati ramai orang menangis dengan suara yang kuat di depan rumah beliau." Apabila Rasulullah SAW mendengar keterangan dari para sahabat, maka berubahlah muka Rasulullah SAW dan dengan bergegas beliau menuju ke rumah Abu Bakar RA.

Sebaik Rasulullah SAW sampai di rumah Abu Bakar RA, Rasulullah SAW melihat kesemua mereka menangis dan bertanya, "Wahai para sahabatku, kenapakah kamu semua menangis?." Kemudian Ali RA berkata, "Ya Rasulullah, Abu Bakar mengatakan dengan turunnya ayat ini membawa tanda bahwa waktu wafatmu telah dekat. Adakah ini benar ya Rasulullah?."

Lalu Rasulullah SAW berkata: "Semua yang dikatakan oleh Abu Bakar adalah benar, dan sesungguhnya waktu untuk aku meninggalkan kamu semua telah dekat".

Sebaik sahaja Abu Bakar RA mendengar pengakuan Rasulullah SAW, maka ia pun menangis sekuat tenaganya sehingga ia jatuh pengsan, sementara Ali RA pula mengeletar seluruh tubuhnya, para sahabat yang lain pula menangis sekuat yang mereka mampu. Sehinggakan gunung-ganang, semua malaikat yang ada di langit, cacing-cacing, semua binatang baik yang ada di darat maupun yang ada di laut semua menangis. Kemudian Rasulullah SAW bersalam dengan para sahabat RA satu demi satu dan berwasiat pada mereka.

Pada satu hari, baginda SAW menyuruh Bilal RA azan untuk mengerjakan solat. Para Muhajirin dan Ansar pun berkumpullah di masjid Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah SAW menunaikan solah dua rakaat bersama semua yang hadir. Setelah selesai solat, baginda SAW bangun dan naik ke atas mimbar dan berkata: "Alhamdulillah, wahai para muslimin. Sesungguhnya aku adalah seorang nabi yang diutus dan mengajak orang ke jalan Allah dengan izinNya. Dan aku ini adalah sebagai saudara kandung kamu, yang kasih sayang pada kamu semua seperti seorang ayah. Oleh itu, kalau ada sesiapa ada hak untuk menuntut, maka hendaklah ia bangun dan membalasi aku sebelum aku dituntut di hari Qiamat."

Rasulullah SAW berkata sebanyak tiga kali, lalu bangunlah seorang lelaki bernama 'Ukasyah bin Muhshan dan berkata: "Demi ayahku dan ibuku ya Rasulullah, kalau kamu tidak mengumumkan kepada kami berkali-kali sudah tentu aku tidak mahu mengemukakan ini."

Lalu 'Ukasyah RA berkata lagi: "Sesungguhnya dalam perang Badar aku bersamamu ya Rasulullah. Pada masa itu aku mengikuti unta kamu dari belakang. Setelah dekat, akupun tuun menghampiri kamu dengan tujuan supaya aku dapat mencium paha kamu, tetapi kamu telah mengambil tongkat dan memukul unta kamu untuk berjalan cepat, yang mana pada masa itu akupun kamu pukul pada tulang rusukku. Aku hendak tanya samada kamu sengaja memukul aku atau hendak memukul unta tersebut."

Rasulullah SAW berkata: "Wahai 'Ukasyah, Rasulullah sengaja memukul kamu." Kemudian Rasulullah SAW berkata kepada Bilal RA, "Wahai Bilal, kamu pergi ke rumah Fatimah dan ambilkan tongkatku ke mari." Bilal RA keluar dari masjid menuju ke rumah Fatimah RA sambil meletakkan tangannya di atas kepala dengan berkata, "Rasulullah SAW telah menyediakan dirinya untuk dibalas [di qishash]."

Setelah Bilal RA sampai di rumah Fatimah RA maka Bilal RA pun memberi salam dan mengetuk pintu. Kemudian Fatimah RA menyahut dengan berkata: "Siapakah di pintu?." Bilal RA menjawab: "Aku Bilal, aku telah diperintahkan oleh Rasulullah untuk mengambil tongkat baginda. "Kemudian Fatimah RA berkata: "Wahai Bilal, untuk apa ayahku minta tongkatnya." Berkata Bilal RA: "Wahai Fatimah, Rasulullah telah menyediakan dirinya untuk diqishash." Bertanya Fatimah RA lagi: "Wahai Bilal, siapakah manusia yang sampai hatinya untuk menqishash Rasulullah?" Bilal RA tidak menjawab pertanyaan Fatimah RA. Setelah Fatimah RA memberikan tongkat tersebut, maka Bilal RA pun membawa tongkat itu kepada Rasulullah SAW. Setelah Rasulullah SAW menerima tongkat tersebut dari Bilal RA maka beliau pun menyerahkan kepada 'Ukasyah RA.

Melihatkan hal yang demikian maka Abu Bakar RA dan Umar RA tampil ke depan sambil berkata: "Wahai 'Ukasyah, janganlah kamu qishash Rasulullah tetapi kamu qishashlah kami berdua." Apabila Rasulullah SAW mendengar kata-kata Abu Bakar RA dan Umar RA maka dengan segera beliau berkata: "Wahai Abu Bakar, Umar duduklah kamu berdua, sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan tempatnya untuk kamu berdua." Kemudian Ali RA bangun, lalu berkata, "Wahai 'Ukasyah! Aku adalah orang yang sentiasa berada di samping Rasulullah oleh itu kamu pukullah aku dan janganlah kamu menqishash Rasulullah". Lalu Rasulullah SAW berkata, "Wahai Ali duduklah kamu, sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan tempatmu dan mengetahui isi hatimu." Setelah itu Hasan RA dan Husin RA bangun dengan berkata: "Wahai 'Ukasyah, bukankah kamu tidak tahu bahwa kami ini adalah cucu Rasulullah, kamu qishashlah kami sama jika kamu ingin menqishash Rasulullah" Mendengar kata-kata cucunya Rasulullah SAW pun berkata, "Wahai buah hatiku duduklah kamu berdua." Berkata Rasulullah SAW "Wahai 'Ukasyah pukullah aku kalau kamu hendak memukul."

Kemudian 'Ukasyah RA berkata: "Ya Rasulullah, anda telah memukul aku sewaktu aku tidak memakai baju." Maka Rasulullah SAW pun membuka baju. Setelah Rasulullah SAW membuka baju maka menangislah semua yang hadir. Setelah 'Ukasyah RA melihat tubuh Rasulullah SAW maka ia pun mencium beliau dan berkata, "Aku tebus kamu dengan jiwa ku ya Rasulullah, siapakah yang sanggup memukul kamu. Aku melakukan begini adalah sebab aku ingin menyentuh badan kamu yang dimuliakan oleh Allah SWT dengan badan ku. Dan Allah SWT menjaga aku dari neraka dengan kehormatanmu" Kemudian Rasulullah SAW berkata, "Dengarlah kamu sekalian, sekiranya kamu hendak melihat ahli syurga, inilah orangnya." Kemudian semua para jemaah bersalam-salaman atas kegembiraan mereka terhadap peristiwa yang sangat genting itu. Setelah itu para jemaah pun berkata, "Wahai 'Ukasyah, inilah keuntungan yang paling besar bagimu, engkau telah memperolehi darjat yang tinggi dan bertemankan Rasulullah di dalam syurga."

Ibnu Mas’ud RA berkata: Ketika ajal Rasulullah SAW sudah dekat, baginda mengumpul kami di rumah Siti Aisyah RA. Kemudian baginda SAW memandang kami sambil berlinangan air mata dan bersabda: "Marhaban bikum, semoga Allah SWT memanjangkan umur kamu semua, semoga Allah SWT menyayangi, menolong dan memberikan petunjuk kepada kamu. Aku berwasiat kepada kamu, agar bertakwa kepada Allah SWT. Sesungguhnya aku adalah sebagai pemberi peringatan untuk kamu. Janganlah kamu berlaku sombong terhadap Allah SWT."

Allah SWT berfirman: "Kebahagiaan dan kenikmatan di akhirat. Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan dirinya dan membuat kerosakan di muka bumi. Dan kesudahan syurga itu bagi orang-orang yang bertakwa."

Kemudian kami bertanya: "Bilakah ajal kamu ya Rasulullah? Baginda SAW menjawab: Ajalku telah hampir, dan akan pindah ke hadhrat Allah SWT, ke Sidratul Muntaha dan ke Jannatul Makwa serta ke Arasy."

Kami bertanya lagi: "Siapakah yang akan memandikan kamu ya Rasulullah? Rasulullah SAW menjawab: "Kalau telah sampai ajalku maka hendaklah Ali yang memandikanku, Fadhl bin Abbas hendaklah menuangkan air dan Usamah bin Zaid hendaklah menolong keduanya. Setelah itu kamu kafanilah aku dengan pakaianku sendiri apabila kamu semua menghendaki, atau kafanilah aku dengan kain Yaman yang putih."

Kami bertanya: "Siapakah yang akan mensolatkan baginda di antara kami?" Kami menangis dan Rasulullah SAW pun turut menangis. Kemudian baginda SAW bersabda: "Tenanglah, semoga Allah SWT mengampuni kamu semua. Apabila kamu semua telah memandikan dan mengafaniku, maka letaklah aku di atas tempat tidurku, di dalam rumahku ini, di tepi liang kuburku. Setelah itu kamu semua keluarlah sebentar meninggalkan aku. Maka yang pertama-tama mensolatkan aku adalah sahabatku Jibrail. Kemudian Mikail, kemudian Israfil kemudian Izrail berserta bala tenteranya. Kemudian masuklah kamu dengan sebaik-baiknya. Dan hendaklah yang mula solat adalah kaum lelaki dari pihak keluargaku, kemudian yang wanita-wanitanya, dan kemudian kamu semua."

Setelah itu para sahabat RA menangis dengan nada yang keras dan berkata, "Ya Rasulullah kamu adalah seorang Rasul yang diutus kepada kami dan untuk semua, yang mana selama ini anda memberi kekuatan dalam penemuan kami dan sebagai penguasa yang menguruskan perkara kami. Apabila kamu sudah tiada nanti kepada siapakah akan kami tanya setiap persoalan yang timbul nanti?" Kemudian Rasulullah SAW berkata, "Dengarlah para sahabatku, aku tinggalkan kepada kamu semua jalan yang benar dan jalan yang terang, dan telah aku tinggalkan kepada kamu semua dua penasihat yang satu daripadanya pandai bicara dan yang satu lagi diam sahaja. Yang pandai bicara itu ialah Al-Quran dan yang diam itu ialah maut. Apabila ada sesuatu persoalan yang rumit di antara kamu, maka hendaklah kamu semua kembali kepada Al-Quran dan Hadis-ku dan sekiranya hati kamu itu berkeras maka lembutkan dia dengan mengambil pelajaran dari mati."

Setelah Rasulullah SAW berkata demikian, maka sakit Rasulullah SAW pun bermula. Dalam bulan Safar Rasulullah SAW sakit selama 18 hari dan sering diziarahi oleh para sahabat RA. Dalam sebuah kitab diterangkan bahawa Rasulullah SAW diutus pada hari Isnin dan wafat pada hari Isnin. Pada hari Isnin penyakit Rasulullah SAW bertambah berat, setelah Bilal RA menyelesaikan azan subuh, maka Bilal RA pun pergi ke rumah Rasulullah SAW kemudian memberi salam: "Assalamualaikum ya Rasulullah?" Kemudian ia berkata lagi "Assolah yarhamukallah." Lalu dijawab oleh Fatimah RA, "Rasulullah masih sibuk dengan urusan beliau." Setelah Bilal RA mendengar penjelasan dari Fatimah RA maka Bilal RA pun kembali ke masjid tanpa memahami kata-kata Fatimah RA itu. Apabila waktu subuh hampir hendak lupus, lalu Bilal RA pergi sekali lagi ke rumah Rasulullah SAW dan memberi salam seperti permulaan tadi, kali ini salam Bilal RA telah di dengar oleh Rasulullah SAW dan Rasulullah SAW berkata, "Masuklah wahai Bilal, sesungguhnya penyakitku ini semakin berat, oleh itu kamu suruhlah Abu Bakar mengimamkan solat subuh berjemaah dengan mereka yang hadir." Setelah mendengar kata-kata Rasulullah SAW maka Bilal RA pun berjalan menuju ke masjid sambil meletakkan tangan di atas kepala dengan berkata: "Aduh musibah. Aduhai, alangkah baiknya bila aku tidak dilahirkan ibuku?"

Setelah Bilal RA sampai di masjid maka Bilal RA pun memberitahu Abu Bakar RA tentang apa yang telah Rasulullah SAW pesankan kepadanya. Ketika Abu Bakar RA melihat ke tempat Rasulullah SAW yang kosong, sebagai seorang lelaki yang lemah lembut, ia tidak dapat menahan perasaannya lagi, lalu ia menjerit dan akhirnya ia pengsan. Melihatkan peristiwa ini maka riuh rendah tangisan sahabat RA dalam masjid, sehingga Rasulullah SAW bertanya kepada Fatimah RA; "Wahai Fatimah apakah yang telah berlaku?." Siti Fatimah RA menjawab: "Orang-orang menjadi bising dan bingung kerana Rasulullah tidak ada bersama mereka." Kemudian Rasulullah SAW memanggil Ali RA dan Fadhl bin Abas RA, lalu Rasulullah SAW bersandar kepada kedua mereka dan terus pergi ke masjid. Setelah Rasulullah SAW sampai di masjid maka Rasulullah SAW pun bersolat subuh bersama dengan para jemaah.

Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Setelah selesai solat subuh maka Rasulullah SAW melihat kepada orang ramai dan berkhutbah: "Wahai kaum muslimin, kamu semua senantiasa dalam pertolongan dan pemeliharaan Allah SWT, oleh itu hendaklah kamu semua bertaqwa kepada Allah SWT dan mengerjakan segala perintahnya. Sesungguhnya aku akan meninggalkan dunia ini dan kamu semua, dan hari ini adalah hari pertama aku di akhirat dan hari terakhir aku di dunia." Dengan suara terbatas Rasulullah SAW bersabda, "Ku wariskan dua perkara pada kalian, Al Quran dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku." Pesanan ringkas itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah SAW yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar RA menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar RA dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Usman RA menghela nafas panjang dan Ali RA menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah SAW akan meninggalkan kita semua." Keluh hati semua sahabat RA kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat. Tatkala Ali RA dan Fadhal RA dengan cergas menangkap Rasulullah SAW yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar, kalau mampu, seluruh sahabat RA yang hadir pasti akan menahan detik-detik dari terus berlalu.

Setelah itu Rasulullah SAW pun pulang ke rumah baginda. Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah SAW masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah SAW sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.

Kemudian Allah SWT mewahyukan kepada malaikat lzrail, "Wahai lzrail, pergilah kamu kepada kekasihku dengan sebaik-baik rupa, dan apabila kamu hendak mencabut ruhnya maka hendaklah kamu melakukan dengan cara yang paling lembut sekali. Apabila kamu pergi ke rumahnya maka minta izinlah terlebih dahulu, kalau ia izinkan kamu masuk, maka masuklah kamu ke rumahnya dan kalau ia tidak mengizinkan kamu masuk maka hendaklah kamu kembali padaKu."

Setelah malaikat lzrail mendapat perintah dari Allah SWT maka malaikal lzrail pun turun dengan menyerupai seorang Arab Badwi. Setelah malaikat lzrail sampai di depan rumah Rasulullah SAW maka ia pun memberi salam, "Assalamualaikum wahai ahli rumah kenabian, sumber wahyu dan risalah!" Fatimah RA tidak mengizinkannya masuk, "Wahai Abdullah (Hamba Allah), maaflah, ayahku sedang sakit," kata Fatimah RA yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian Fatimah RA kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata. Kemudian malaikat lzrail berkata lagi seperti dipermulaannya, dan kali ini seruan malaikat itu telah didengari oleh Rasulullah SAW. Baginda SAW bertanya pada Fatimah RA, "Siapakah itu wahai anakku?"

Fatimah RA menjawab: "Seorang lelaki memanggil ayahanda, saya katakan kepadanya yang ayahanda dalam keadaan sakit. Ia memanggil dengan suara yang menggetarkan sukma." Rasulullah SAW lantas berkata; "Wahai Fatimah, tahukah kamu siapakah orang itu?." Jawab Fatimah RA, "Tidak ayahanda."

"Dia adalah malaikat lzrail, malaikat yang akan memutuskan segala macam nafsu syahwat, yang memisahkan perkumpulan-perkumpulan dan yang memusnahkan semua rumah serta meramaikan kubur." Fatimah RA tidak dapat menahan air matanya lagi. Setelah mengetahui bahawa saat perpisahan dengan ayahandanya akan bermula, dia menangis sepuas-puasnya. Apabila Rasulullah SAW mendengar tangisan Fatimah RA maka Baginda SAWpun berkata: "Janganlah kamu menangis wahai Fatimah, engkaulah orang yang pertama dalam keluargaku akan bertemu dengan daku."

Kemudian Rasulullah SAW pun mengizinkan malaikat lzrail masuk. Maka malaikat lzrail pun masuk dengan mengucap, "Assalamuaalaikum ya Rasulullah." Rasulullah SAW menjawab: "Wa alaikas saalamu, wahai lzrail engkau datang menziarahi aku atau untuk mencabut ruhku?" Maka berkata malaikat lzrail: "Kedatangan aku adalah untuk menziarahimu dan untuk mencabut ruhmu, itupun kalau dikau izinkan, kalau dikau tidak izinkan maka aku akan kembali." Rasulullah SAW bertanya: "Wahai Malaikulmaut, di mana engkau tinggalkan kecintaanku Jibrail? "Aku tinggalkan ia di langit dunia?" Jawab malaikat Izrail. Baru sahaja malaikat Izrail selesai bicara, tiba-tiba malaikat Jibrail datang dan duduk di samping Rasulullah SAW. Maka bersabdalah Rasulullah SAW: "Wahai Jibrail, tidakkah engkau mengetahui bahawa ajalku telah dekat?" Jibrail menjawab: "Ya, wahai kekasih Allah."

Rasulullah SAW bertanya lagi: "Wahai Jibrail, beritahu kepadaku kemuliaan yang menggembirakan aku di sisi Allah SWT" Berkata malaikat Jibrail, "Sesungguhnya semua pintu langit telah di buka, para malaikat bersusun rapi menanti ruhmu di langit. Kesemua pintu-pintu syurga telah dibuka, dan kesemua bidadari sudah berhias menanti kehadiran ruhmu." Berkata Rasulullah SAW: "Alhamdulillah, sekarang kamu katakan pula tentang umatku di hari kiamat nanti."

Berkata Jibrail: "Allah SWT telah berfirman yang bermaksud, Sesungguhnya Aku telah melarang semua para nabi masuk ke dalam syurga sebelum dikau masuk terlebih dahulu, dan Aku juga melarang semua umat memasuki syurga sebelum umatmu memasuki syurga." Berkata Rasulullah SAW: "Sekarang aku telah puas hati dan telah hilang rasa susahku."

Kemudian Rasulullah SAW berkata: "Wahai lzrail, mendekatlah kamu kepadaku." Setelah itu malaikat lzrail pun memulai tugasnya. Perlahan ruh Rasulullah SAW ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah SAW bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. Apabila ruh baginda SAW sampai ke pusat, dengan perlahan Rasulullah SAW mengaduh "Jibrail, betapa sakit sakaratul maut ini." Fatimah RA terpejam, Ali RA yang di sampingnya menunduk semakin mendalam dan Jibrail mengalihkan pandangannya dari Rasulullah SAW. Melihatkan telatah Jibrail itu maka Rasulullah SAW pun berkata: "Wahai Jibrail, apakah kamu tidak suka melihat wajahku?" Jibrail berkata: "Wahai kekasih Allah, siapakah orang yang sanggup melihat wajahmu dikala kamu dalam sakaratul maut?"
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah SAW merintih kerana sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat sungguh maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan Rasulullah SAW mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali RA segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah sholat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu." Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat RA saling berpelukan. Fatimah RA menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali RA kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah SAW yang mulai kebiruan. Ali RA berkata: "Sesungguhnya Rasulullah ketika menjelang saat-saat terakhir, telah mengerakkan kedua bibir beliau sebanyak dua kali, dan aku meletakkan telinga, aku dengan Rasulullah berkata: "Umatku, umatku." Akhirnya roh yang mulia itupun meninggalkan jasad Rasulullah SAW Rasulullah SAW wafat pada hari Isnin 12 Rabiul Awal.

Cerpen Pertamaku

0 komentar

KONSPIRASI CINTA INSPEKTUR HASAN
Aku adalah seorang yang ingin bahagia. Siapa yang tidak ingin bahagia? Semua orang pasti menginginkannya. Ah, andai saja ayahku menyetujui aku untuk masuk sekolah militer. Tapi, ayah ingin aku berpolitik, mengikuti jejaknya. Sejak ibuku meninggal, aku hanya tinggal berdua dengan ayah. Sekarang aku duduk dibangku SMA. Baru masuk tahun ini. Aku sudah berulang kali memohon pada ayah agar aku bisa mencapai cita-citaku menjadi polisi. Namun, ayah tetap pada pendiriannya. Rasanya tidak ada harapan lagi.
Setahun kemudian, ayahku ditawarkan menjadi duta besar di Malaysia. Ia tak menolak dan aku harus ikut pindah, walaupun aku tidak menginginkannya. Tapi ternyata, aku mendapat keberuntungan disini, karena tidak ada sekolah lain yang mau menerimaku selain sekolah militer. Ayahku terpaksa menerima. 

Aku memulai awal sekolahku di SMK[1] Militer Kuala Lumpur. Disekolah ini pelajar laki-laki dan perempuan terpisah. Hari demi hari kulewati dengan gembira. Tentu saja, inilah yang aku inginkan selama ini. Teman-teman disekolah ini sungguh baik dan peramah. Aku cepat beradaptasi dengan mereka walaupun ada beberapa kata yang tidak aku mengerti. Ya, itu semua butuh proses.

Dibulan pertama, aku dicalonkan menjadi ketua kelas karena prestasiku yang bagus. Dan semua teman-temanku setuju. Aku menjalani setiap latihan dengan baik dan sering mendapat prestasi cemerlang. Karena itu, setahun kemudian aku terpilih sebagai siswa undangan untuk memasuki Pusat Latihan Kepolisian (Pulapol) Kuala Lumpur. Aku sangat bertuah sekali.

Di pulapol ini, tidak jauh beda dari sekolah militer. Pelajar perempuan dan laki-laki juga dipisahkan. Hanya saja, dipulapol ini seperti asrama. Kami semua harus tinggal disini selama 1 tahun. Dan rasanya para guru disini lebih garang. Hmm… bukan rasanya, memang benar mereka lebih garang. Disini, asramanya dibagi menjadi beberapa tempat yang dinamakan pelatun. Aku mendapat tempat di pelatun C.

Dibulan pertama, rasanya aku ingin mati saja. Latihan disini sungguh melelahkan. Setiap hari aku harus bangun lebih awal, segalanya dilakukan dengan terburu-buru. Ditengah terik matahari kami harus latihan kawat atau PBB[2] selama berjam-jam. Kakiku rasanya mau patah. Namun, tidak mungkin aku putus asa sekarang. Ini masih terlalu awal. Masih banyak latihan yang aku perlukan untuk menjadi seorang polisi. Aku harus tetap bertahan. Aku pasti, aku akan meraih cita-citaku.

Dibulan kedua, ada pemilihan ketua pasukan pelatun C, dan aku terpilih. Aku bertugas melaporkan segala hal yang pasukan kami lakukan saat diperlukan. Aku ingin menolaknya karena kurasa tugas ini sungguh berat. Namun, tidak etis rasanya, aku dipercaya oleh teman-temanku tetapi aku menghancurkan kepercayaan mereka. Ah, lebih baik aku terima.

Beberapa hari kemudian, pada saat makan malam, aku bertemu seorang wanita yang rasanya pernah aku temui sebelumnya. Ah, aku ingat. Dialah anak Datuk Bandar[3] yang menyambut aku dan ayah saat pertama kali aku ke Kuala Lumpur. Hmm… dia sungguh cantik dan berwibawa seperti ayahnya. Aku ingin menyapanya. Tapi, aku segan. Ah, kapan-kapan sajalah.

Tak terasa sudah 3 bulan aku disini, biasanya setelah 3 bulan kami semua boleh keluar auting[4] di akhir pekan. Hmm… aku ingin kemana ya? Entahlah, mungkin aku akan melihat menara kembar petronas setelah sekian lama aku tak melihatnya lagi, atau mungkin ke tempat-tempat hiburan lain.
“hoi”
Razif mengejutkan aku yang termenung. Dia adalah salah seorang teman baikku dipelatun C.
“ah, ternyata kamu, Razif. Jantungku mau copot ini. Kamu suka sekali mengejutkan aku.”
“awak tu yang suka sangat temenung kenape? Rindu awek[5] ye?”
“apelah awak ni… saya Cuma nak bernostalgia sejenak”
“Hei, zack. Masa auting nanti awak nak pegi mana? Kita orang nak makan angin ni. Awak nak ikut sama, tak?”
“boleh, saya pun tak de plan minggu ni.”

Razif kemudian masuk ke kamarnya. Aku masih saja tidak bisa mengikuti gaya irama mereka berbicara. Walaupun kebanyakan dari bahasa mereka sudah ku kuasai, tapi tetap saja bahasa ibu pertiwiku masih sangat kental. Hmm… memang butuh proses yang panjang. Ah, lebih baik aku tidur saja. Besok, masa autingku harus aku manfaatkan dengan baik.

Keesokan harinya, aku tidak jadi ikut bersama teman-temanku. Aku pergi mengunjungi ayahku di KBRI[6]. Aku sangat merindukan ayah. Sesampainya disana aku langsung memeluknya.
“apa kabar, nak?”
“baik, yah. Ayah bagaimana?”
“Ayah sehat, tidak usah khawatir. Bagaimana latihanmu, sukses?”
“Sukses, yah. Alhamdulillah. Ini semua berkat doa ayah juga.”

Aku bercakap-cakap dengan ayah. Rasanya ayah sudah bisa menerimaku sebagai seorang anak militer. Aku rasa bersalah juga. Rasanya aku adalah anak durhaka. Aku tahu ayah kesepian, ibu telah tiada. Hanya akulah harapannya. Namun, aku memusnahkan impian ayah.

Tak terasa sudah tiga jam aku berbincang dengan ayah. Aku mengajak ayah untuk menemaniku ke menara petronas. Namun, ayah menolak. Banyak kerja yang harus diselesaikan katanya.

Aku terpaksa pergi sendiri. Sesampainya disana aku terserempak dengan seorang gadis. Aku tak tahu namanya, yang jelas aku tahu dialah anak datuk Bandar itu.
“hei, awak anak datuk Hasan, kan?”
“ya, saya Zakrie. Panggil saja saya zack. Nama kamu siapa?”
“saya nur hayati Fatimah. Panggil saya nur!”
“Oh, nur… OK. Kamu nak kemana?”
“saya nak pegi lunch[7], awak nak ikut sama?”
“boleh, saya pun belum lunch lagi”
“hmm… eloklah tu. Jom!”
Sepanjang hari aku bersama dengannya. Jantungku selalu berdebar saat bersamanya. Inikah yang dinamakan cinta? Mungkin saja.
Sebelum maghrib kami harus sampai di pulapol. Jika tidak, pasti kena hukum. Untung saja aku dan nur sampai lebih awal.
Hari demi hari aku dan nur semakin rapat. Hampir setiap makan malam kami makan malam bersama. Akhirnya, suatu hari aku menyatakan cinta padanya. Dan dia terima. Aku sangat senang.
Tanpa terasa tinggal sebulan lagi aku dipulapol. Berbagai macam perasaan yang timbul dihatiku. Senang, takut, kecewa, sedih, khawatir, dan banyak lagi. Ah, entahlah. Yang pasti aku harus lulus ujian akhir dan menjadi polisi yang terbaik.
---
Semua pelajar dipulapol lulus semua. Setelah ini aku berencana untuk pulang ke Indonesia. Tapi, bagaimana hubungan aku dengan nur? Sepertinya aku harus bertemu dengannya untuk membicarakan hal ini. Akupun meneleponnya dan kami bersepakat untuk berjumpa besok di kafe sebelah pulapol. Keesokan harinya aku pun menceritakannya semuanya pada nur.
“hi, pa kabar?”
“baik, awak macam mana?”
“I’m fine. Saya nak menyatakan sesuatu pada kamu. Saya ingin pulang ke Indonesia. Saya harap hubungan kita tidak sampai disini walaupun kita terpisah jauh.”
“saya faham, awak nak berkhidmat untuk Negara awak. Saya tak nak halang awak. Kalau awak di Indonesia nanti,… telepon saya, e-mail saya akan selalu terbuka untuk awak”
“terima kasih. Saya plan nak berangkat next week. Kalau saya boleh tahu, awak ditugaskan kat mana?”
“ saya ditugaskan di IPD[8] ipoh[9], perak. Esok saya akan berangkat ke perak. Kalau ada waktu, awak datanglah kesana”
“InsyaAllah. Kalau macam tu saya pergi dulu. Assalamualaikum”
“waalaikumsalam”

Seminggu telah berlalu. Sebelum aku pulang, aku pamit pada ayah. Aku berjanji pada ayah akan menjadi polisi yang baik dan selalu menegakkan keadilan. Sesampainya di Indonesia, aku langsung pulang kerumah dan melamar kerja dikantor polsek Jakarta. Aku langsung diterima dan membawa gelarku dari Malaysia “Inspektur Zakrie”. Hmm… aku sangat merindukan nur. Saban hari agak lain rasanya tanpa dia.
 
Dua tahun telah berlalu. Aku masih saja sangat merindukannya. Tapi anehnya, setiap SMS dan e-mail yang aku berikan tidak dibalasnya akhir-akhir ini. Kemana dia pergi? Apa aku harus megunjunginya ke perak? Hmm… entahlah. Belum lama aku termenung, kapolsek memberi pengumuman bahwa ia akan pindah tugas ke Papua. Dia mengucapkan kata-kata perpisahan. Keesokan harinya, aku benar-benar tertegun dan tidak percaya. Oh, apakah aku sedang mimpi? Ku cubit tangan dan kutampar pipiku berkali-kali. “au, sakit sekali”. Aku tidak mimpi. Oh, mungkin aku berimajinasi.. berkhayal karena terlalu rindu padanya. Kugosok-gosok mataku. Namun, ia masih tetap didepanku sedang berbicara dengan pegawai lain. Tak salah lagi, dialah nur, kekasihku. Apakah dia kesini untuk bertemu denganku? Ya, dia pasti memberi kejutan dengan tidak menjawab e-mail dan sms ku karena dia ingin bersemuka sendiri denganku. Aku akan menyapanya sekarang. Belum sempat aku melangkahkan kaki, aku dan pegawai lain disuruh keruang rapat oleh nur. Aku terkejut. Kenapa dia memerintahkan kami semua seperti itu. Oh, tidak mungkin. Aku memang tidak percaya. Dialah yang menggantikan kapolsek yang lama. Aku memang senang. Tapi aku tidak suka dikejutkan seperti ini. Mengapa dia tidak memberitahuku?.

Setelah rapat selesai, aku segera menanyakan nur semua yang tertanya dihatiku. Dia hanya menjawab ingin memberiku kejutan. Memang masuk akal. Tapi ada yang aneh dengannya. Dia tidak banyak berbicara seperti dulu. Ada apa dengannya? Yang jelas hubungan kami masih berlanjut.

Beberapa hari kemudian, unit kami dijadikan unit khas dengan nama “task force”. Kami mendapat 1 kasus yang sudah 10 tahun belum terungkap yaitu kasus kematian penyanyi 70-an yang bernama Tono Suhendri atau lebih dikenal tendri yang ditemukan mati mengapung disungai dengan tubuh dan kepala terpisah yang diduga kuat berhubungan dengan kasus penjualan anak dan pelacuran. Ini kasus terberat pertamaku. Aku pasti akan menemukan dalangnya.

Telah sebulan kasus ini ditanganku. Namun, belum ada petunjuk apapun. Aku tidak akan putus asa. Aku mulai dari awal lagi. Mengapa tendri bisa dikaitkan dengan kasus penjualan anak dan pelacuran. Memangnya dia siapa? Aku mulai mencari berita sepuluh tahun yang lalu di internet. Banyak yang menyatakan tendri adalah salah seorang yang terlibat dengan penjualan anak dan ia berkhianat pada gengnya. Lalu akhirnya, ia dibunuh dengan kejam. Lalu aku mulai mencari identitas gengnya. Gengnya dikenal dengan nama “harimau muda”. Geng itu sampai sekarang masih menjadi buronan. Ketua geng itu pun belum diketahui siapa. Masih banyak yang harus ku cari. Sekarang sudah jam 12 malam. Aku masih mencari informasi tentang geng itu. Aku mulai mengetahui beberapa aktor penting yang berperan dalam pemerdagangan anak dan pelacuran. Kebanyakan dari mereka adalah orang asing yang tinggal di Indonesia.

Tak sadar hari sudah pagi, aku segera mensucikan tubuhku dan berangkat ke kantor. Hari ini kami rapat untuk membicarakan dan menyatakan teori masing-masing tentang kasus ini. Dari rapat ini diketahui markas geng itu berkumpul. Nur langsung menyuruh kami menyerbu markas mereka. Tapi sesampainya disana, markas mereka sudah kosong. Begitulah seterusnya. Sudah 10 tempat kami serbu dan semua markas mereka telah dikosongkan. Aku mulai aneh dengan sikap nur yang raut wajahnya selalu berubah tak enak ketika kami menyatakan markas baru geng itu. Ah, tapi tidak mungkin. Aku tahu dia sangat baik.

Keesokan harinya, aku menyatakan pada nur bahwa aku akan melamarnya setelah kasus ini selesai. Dia menyatakan bahwa dia siap menungguku walau 1000 kasus yang harus diselesaikan terlebih dahulu.
Tak terasa sudah dua tahun kasus ini bersama unit task force. Perkembangan terbaru yang kami dapatkan bahwa tendri adalah mantan ketua geng harimau muda. Dan kami menduga bahwa tendri telah dibunuh oleh ketua geng yang sekarang atas alasan perebutan kekuasaan. Sekarang, kasus ini semakin meluas. Kami tidak hanya mencari pembunuh tendri, tapi kami harus mengidentifikasi siapakah ketua geng yang baru dan anggota-anggota mereka yang terbaru pula. Walaupun beberapa dari mereka sudah kami ketahui.

Duh, kapankah kasus ini selesai? Apakah dua atau tiga tahun lagi? Atau 10 tahun lagi? Atau sampai akhir hidupku pun kasus ini tak dapat diselesaikan. Ah. Lebih baik aku bertemu nur sekarang. Rasanya tidak mungkin menunggu bertahun-tahun untuk melamarnya menjadi istriku. Dan setelah bertemu, dia setuju.
Keesokan harinya, aku keluar kantor untuk mencari informasi. Tak sengaja aku melihat nur dengan benz[10]-nya. Aku mengikutinya dari belakang dengan ducati[11]ku. Nur pergi kesuatu tempat yang aneh. Dia memasuki sebuah gedung kosong berlantai 3. Aku masuk secara diam-diam. Aku melihat nur menemui beberapa orang didalam gedung ini. Rasanya aku pernah melihat wajah mereka. Mereka memanggil amo pada nur. Amo? Oh my god, tidak mungkin? Amo=bos[12]…. Aku tidak percaya apa yang mereka katakan. Tidak mungkin nur berkhianat. Aku tahu dia seorang yang adil dan setia. Ah, mungkin saja dia menyamar.

Prankkk!!! Aku menendang sebuah tong besi. Mereka menyadari keberadaanku. Belum sempat aku lari, mereka sudah mengepungku dari segala arah. Aku ditangkap dengan tangan diarahkan keatas dan diikat dengan rantai. Nur menyuruh anak buahnya keluar. Lalu dia bertanya padaku.
“sejak kapan kamu tahu aku disini?”
Aku hanya diam. Dari pertanyaannya itu aku tahu dia bukan menyamar. Dia benar-benar berkhianat. Tanpa kutanya dia menceritakan kisahnya.
“kamu tahu kenapa kasus ini tidak pernah selesai? Karena aku. Semuanya karena aku. Setiap bukti pasti akan aku musnahkan.”
Dia tertawa, lalu menangis sejadi-jadinya.
“Aku benci pada tendri. Tendri harus mati. Dia gila. Dia menghancurkan aku.”
Mendengar itu, aku tak bisa berkata apa-apa. Lalu nur keluar dari gedung ini dan membiarkan diriku sendiri. Aku berusaha melepaskan rantai dari pergelangan tanganku. Setelah sekian lama aku mencoba, akhirnya aku berhasil dan aku melarikan diri dari gedung ini dengan segera.

Sesampainya dirumah, aku mulai mengaitkan nur dengan harimau muda. Mengapa dia membunuh tendri? Bagaimana caranya dia menjadi amo-nya harimau muda. Semalaman aku mencari, namun tak ada hasil yang kudapatkan. Aku memutuskan untuk pergi kekantor saja. Sampai dikantor, aku tidak melihat nur. Kata pegawai lain dia cuti selama seminggu. Lalu aku mengajak pegawai lain untuk mengadakan rapat tanpanya. Mereka setuju agar aku menjadi pimpinan rapat. Lalu aku menyuruh beberapa pegawai untuk mencari latar belakang nur dan yang lainnya kusuruh menjejaki harimau muda lebih lanjut.

Mereka tertanya-tanya mengapa aku menyuruh mereka mencari latar belakang nur. Dan aku hanya menjawab, “cari sajalah, aku ingin laporan kalian paling lambat minggu ini”. Dua hari kemudian, aku mengetahui ternyata nur bukanlah anak datuk Bandar Kuala Lumpur. Dia adalah korban pemerdagangan anak pada saat berumur 5 tahun. Setelah aku kaitkan latarbelakangnya dengan harimau muda, ternyata tendrilah yang mencuri dan menjual nur ke Malaysia. Dan saat berumur 16 tahun, ia mengetahui keberadaan tendri dan membunuhnya dengan kejam atas alasan sakit hati dan dendam. Lalu dia menggantikan tendri dengan berbohong kalau tendri mewasiatkan tahtanya kepada adiknya. Dan nur berpura-pura menjadi adik tendri. Namun, info terbaru ini masih ku rahasiakan dari pegawai lain.

Setelah sebulan berlalu, nur tak kunjung datang ke kantor. Dia menghilang begitu saja. Rencana pernikahanku hancur berantakan. Mengapa dia melakukan ini? Apakah dia tidak mencintaiku? Aku tambah bingung. Daripada termenung dikantor, aku memutuskan untuk merefresh otakku dengan berjalan-jalan sejenak. Namun otakku masih pusing juga. Kuputuskan untuk mengambil cuti dan menemui ayahku. Aku kangen sekali padanya.
Setelah dari KBRI, aku pergi berjalan-jalan ke pulapol dan kemudian aku ke menara petronas. Disana aku terserempak dengan seseorang. Aku tidak percaya apa yang kulihat, nur rupanya. Dia tiba-tiba berbalik dan ingin pergi, tapi sebelum sempat dia melakukan itu, aku menggenggam tangannya.
“kemana saja kamu selama ini?”
“kamu tidak perlu tahu”
“Nur, sadarlah! Hentikan kejahatanmu. Semuanya masih belum terlambat. Tendri sudah mati. Untuk apa kamu berda digeng itu lagi”
“awak jangan nak masuk tepi kain orang[13]. Your job are in Indonesia, not in here.”
“yes, that’s right, nur. I know…”
“enough!.. I’m still your boss. Jadi saya perintahkan kamu pergi sekarang.”
“kalau sikapmu seperti ini saya tidak akan segan-segan menangkapmu”
“menangkapku? Tangkaplah!…kamu ada bukti? Ayo kita bertarung di pengadilan”
“maaf, sekarang saya memang tidak punya bukti yang cukup. Saya tahu kamu bukan anak kandung datuk razlan[14]. Kamu korban kejahatan tendri, saya tahu bagaimana cara kamu masuk dan menjadi amo harimau muda. Kalau saya beritahu mereka semua ini, bagaimana reaksi mereka?”

Tiba-tiba nur menamparku dan mengeluarkan jurus karatenya sehingga aku tersungkur ke tanah. Dia berusaha lari, namun aku segera bangkit dan menangkapnya.
“lepaskan”
 “tugas saya adalah menegakkan keadilan dan mengungkap kebenaran. Dan seharusnya itu tugas kita bersama.”
Tiba-tiba jurus karate nur keluar lagi. Kali ini lebih keras. Dia lalu pergi begitu saja. Aku berusaha mengejar, tapi tendangannya keperutku membuat aku tidak berdaya. Aku memutuskan untuk pamit pada ayah dan kembali ke kantor.

Sesampainya dikantor, aku terkejut menerima surat pemecatan dari nur. Tampaknya dia sangat marah padaku. Tapi, walaupun aku tidak bekerja sebagai polisi, aku tidak akan berhenti sampai disini. Kasus ini harus ku usut sampai tuntas. Namun, aku ingin menunggu reaksi nur. Kuharap dia berubah pikiran untuk mengakhiri semuanya. Namun, tiba-tiba aku termenung. Sekarang aku sudah dipecat. Perjuanganku selama ini sudah musnah sekarang. Oh, tuhan hentikan mimpi buruk ini. Apa yang harus kukatakan pada ayah seandainya ia tahu aku dipecat. Ah, lebih baik aku segera minta maaf pada nur dan perkawinanku bisa dilanjutkan. Ya, aku dan nur akan hidup bahagia. Tidak… tidak mungkin. Kalau aku minta maaf dengannya berarti sama saja dengan aku berkhianat sepertinya. Tidak! Aku tidak akan melakukan itu. Walaupun aku bukan polisi sekarang, aku pasti akan menegakkan keadilan dan mengungkapkan kebenaran.

Sudah sebulan berlalu, namun nur juga tak mau menyerah. Aku terpaksa menyusun strategi untuk mendapatkan bukti agar semuanya terungkap dengan jelas. Ketika aku berjalan-jalan, tiba-tiba ada korban tabrakan dijalan. Aku segera melihat ke TKP, aku terkejut melihat nur terkapar dengan darah berceceran. Segera kubawa nur kerumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dokter. Setelah diperiksa dan diobati, dokter mengatakan kalau kejadian tabrakan itu mengharuskan rahim nur diangkat. Aku sedih mendengarnya. Lalu, aku menjenguk nur ke kamar pasien.
“hai, nur. Are you OK?”
“please, go away!”

Aku tak ingin membuat keadaan lebih buruk. Jadi, aku pergi saja. Kuharap hari esok dia akan lebih baik. Keesokan harinya, aku kembali menjenguk nur dan bertanya pada dokter bagaimana keadaannya. Kata dokter, besok nur sudah bisa dibawa pulang. Dan esoknya, kuantarkan nur pulang kerumahnya. Aku masih tidak tega untuk melanjutkan kasus tendri dalam keadaan nur yang seperti ini. Jadi, kuputuskan untuk pulang saja.
Keesokan harinya, aku pergi kekantor. Disana sudah ada nur. Aku memutuskan untuk menemuinya.
 “hmm.. zack, ada apa kamu kesini? Surat pemecatan yang saya keluarkan sudah kamu terima, kan?”
“nur, menyerahlah. Please! Semuanya masih bisa diperbaiki.”
Nur ingin keluar. Namun, aku menghalanginya.
“nur, walaupun saya tidak bekerja lagi sebagai polisi, saya akan tetap mengusut kasus ini sampai tuntas. Saya hamba Allah, kamu juga hamba Allah. Saya punya tanggungjawab. Saya mengetahui ada kemungkaran disekitar saya, dilingkungan saya, saya tidak mungkin diam saja, nur. Azab akhirat amat pedih, sedarlah, nur. Saya akan selalu disisi kamu dan membantu kamu untuk mencari keluarga kandung kamu, nur.”
Nur hanya terdiam dan pergi begitu saja. Aku sudah tak tau lagi harus berbuat apa. Kuputuskan untuk menunggu lagi.

Sudah sebulan berlalu, nur juga tak mau menyerah. Terpaksa strategi yang telah lama kususun harus ku laksanakan. Aku segera menelepon nur bahwa aku akan ke markas harimau muda malam ini untuk memberitahu bahwa dia berbohong selama ini. Tentu saja dia khawatir dan akan pergi kesana. Setelah itu, aku akan mengajak unit task force untuk mengadakan serbuan ke markas harimau muda. Mulanya mereka tidak setuju karena aku sudah dipecat. Tapi, setelah aku memohon dan mengungkap kejahatan nur, aku berhasil membujuk mereka.

Malampun tiba, task force dan bantuan anggota dari tim lain segera berangkat. Sesampainya disana, aku menyuruh unit task force dan yang lain mengepung di luar dan aku masuk kedalam. Nur ternyata sudah menungguku didalam. Aku langsung dituding dengan senjata-senjata harimau muda.
 “Kalau kau berkata sepatah katapun, aku akan menembakmu” nur membisikkan ke telingaku.
Aku tidak peduli apa yang dikatakannya. Aku mencoba membongkar semuanya. kuharap dia tak benar-benar berniat membunuhku.
“hei kalian semua, bos kalian berbohong selama ini. Dia bukan adik tendri. Dialah yang membunuh tendri.”
Dor!!! Aku mendengar suara tembakan itu. Ada darah mengalir dikaki kiriku. Tak ku sangka dia sanggup melukaiku. Namun, aku tetap berbicara.
 “dia membohongi kalian, dia hanya ingin membalas dendam pada tendri karena telah menjualnya.”

Belum sempat aku melanjutkan perkataanku, suara tembakan terdengar lagi. Dor..dor…dor!!! 3 peluru menembus dadaku. Aku terjatuh. Aku hanya bisa melihat polisi datang dan menangkap mereka. Kepalaku terasa berat, pandanganku semakin gelap.
Aku tersadar, yang kulihat adalah putih. Aku terbaring. Setelah kubuka mataku, aku baru tahu bahwa aku dirumah sakit. Aku bersyukur ternyata aku masih hidup. Nyawaku belum waktunya untuk dicabut. Aku ingin bangkit, namun kepalaku terasa berat. Kulihat ayah masuk kekamar dan mendekatiku. Ayah mengatakan kakiku harus diamputasi untuk menyelamatkan nyawaku. Nur…. Pasti dia dipenjara sekarang. Ya, aku melihat dia ditangkap waktu itu. Semoga saja dia insaf. Mungkin setelah dia keluar dari penjara nanti aku akan melamarnya. Aku masih mencintainya. Aku pun tak tahu mengapa? 
Setelah dia melakukan ini padaku, seharusnya aku membencinya. Dia menghancurkan cita-citaku. Tapi aku tidak bisa. Aku yakin aku masih mencintainya. Kebenaran telah terungkap, dan aku akan menunggunya.
 

[1] Sekolah Menengah Kebangsaan
[2] Seperti latihan baris-berbaris dilapangan
[3] walikota
[4] Keluar dari pulapol selama 1 hari.
[5] Perempuan/cewek/pacar
[6] Kedutaan Besar republic Indonesia
[7] Makan siang
[8] Ibu pejabat Polis Daerah
[9] Nama daerah di negeri perak.
[10] Mobil merek Mercedes benz
[11] Merek kereta
[12] Bahasa filipina
[13] Ikut campur
[14] nama Datuk bandar