KONSPIRASI CINTA INSPEKTUR HASAN
Aku adalah seorang yang
ingin bahagia. Siapa yang tidak ingin bahagia? Semua orang pasti
menginginkannya. Ah, andai saja ayahku menyetujui aku untuk masuk sekolah
militer. Tapi, ayah ingin aku berpolitik, mengikuti jejaknya. Sejak ibuku
meninggal, aku hanya tinggal berdua dengan ayah. Sekarang aku duduk dibangku
SMA. Baru masuk tahun ini. Aku sudah berulang kali memohon pada ayah agar aku
bisa mencapai cita-citaku menjadi polisi. Namun, ayah tetap pada pendiriannya.
Rasanya tidak ada harapan lagi.
Setahun kemudian, ayahku
ditawarkan menjadi duta besar di Malaysia. Ia tak menolak dan aku harus ikut
pindah, walaupun aku tidak menginginkannya. Tapi ternyata, aku mendapat
keberuntungan disini, karena tidak ada sekolah lain yang mau menerimaku selain
sekolah militer. Ayahku terpaksa menerima.
Aku memulai awal
sekolahku di SMK[1]
Militer Kuala Lumpur. Disekolah ini pelajar laki-laki dan perempuan terpisah.
Hari demi hari kulewati dengan gembira. Tentu saja, inilah yang aku inginkan
selama ini. Teman-teman disekolah ini sungguh baik dan peramah. Aku cepat
beradaptasi dengan mereka walaupun ada beberapa kata yang tidak aku mengerti.
Ya, itu semua butuh proses.
Dibulan pertama, aku
dicalonkan menjadi ketua kelas karena prestasiku yang bagus. Dan semua
teman-temanku setuju. Aku menjalani setiap latihan dengan baik dan sering
mendapat prestasi cemerlang. Karena itu, setahun kemudian aku terpilih sebagai
siswa undangan untuk memasuki Pusat Latihan Kepolisian (Pulapol) Kuala Lumpur.
Aku sangat bertuah sekali.
Di pulapol ini, tidak
jauh beda dari sekolah militer. Pelajar perempuan dan laki-laki juga
dipisahkan. Hanya saja, dipulapol ini seperti asrama. Kami semua harus tinggal
disini selama 1 tahun. Dan rasanya para guru disini lebih garang. Hmm… bukan
rasanya, memang benar mereka lebih garang. Disini, asramanya dibagi menjadi
beberapa tempat yang dinamakan pelatun. Aku mendapat tempat di pelatun C.
Dibulan pertama, rasanya
aku ingin mati saja. Latihan disini sungguh melelahkan. Setiap hari aku harus
bangun lebih awal, segalanya dilakukan dengan terburu-buru. Ditengah terik
matahari kami harus latihan kawat atau PBB[2] selama berjam-jam. Kakiku
rasanya mau patah. Namun, tidak mungkin aku putus asa sekarang. Ini masih
terlalu awal. Masih banyak latihan yang aku perlukan untuk menjadi seorang
polisi. Aku harus tetap bertahan. Aku pasti, aku akan meraih cita-citaku.
Dibulan kedua, ada
pemilihan ketua pasukan pelatun C, dan aku terpilih. Aku bertugas melaporkan
segala hal yang pasukan kami lakukan saat diperlukan. Aku ingin menolaknya
karena kurasa tugas ini sungguh berat. Namun, tidak etis rasanya, aku dipercaya
oleh teman-temanku tetapi aku menghancurkan kepercayaan mereka. Ah, lebih baik
aku terima.
Beberapa hari kemudian,
pada saat makan malam, aku bertemu seorang wanita yang rasanya pernah aku temui
sebelumnya. Ah, aku ingat. Dialah anak Datuk Bandar[3] yang menyambut aku dan
ayah saat pertama kali aku ke Kuala Lumpur. Hmm… dia sungguh cantik dan
berwibawa seperti ayahnya. Aku ingin menyapanya. Tapi, aku segan. Ah,
kapan-kapan sajalah.
Tak terasa sudah 3 bulan
aku disini, biasanya setelah 3 bulan kami semua boleh keluar auting[4] di akhir pekan. Hmm… aku
ingin kemana ya? Entahlah, mungkin aku akan melihat menara kembar petronas
setelah sekian lama aku tak melihatnya lagi, atau mungkin ke tempat-tempat
hiburan lain.
“hoi”
Razif mengejutkan aku
yang termenung. Dia adalah salah seorang teman baikku dipelatun C.
“ah, ternyata kamu,
Razif. Jantungku mau copot ini. Kamu suka sekali mengejutkan aku.”
“awak tu yang suka sangat
temenung kenape? Rindu awek[5] ye?”
“apelah awak ni… saya
Cuma nak bernostalgia sejenak”
“Hei, zack. Masa auting
nanti awak nak pegi mana? Kita orang nak makan angin ni. Awak nak ikut sama,
tak?”
“boleh, saya pun tak de
plan minggu ni.”
Razif kemudian masuk ke
kamarnya. Aku masih saja tidak bisa mengikuti gaya irama mereka berbicara.
Walaupun kebanyakan dari bahasa mereka sudah ku kuasai, tapi tetap saja bahasa
ibu pertiwiku masih sangat kental. Hmm… memang butuh proses yang panjang. Ah,
lebih baik aku tidur saja. Besok, masa autingku harus aku manfaatkan dengan
baik.
Keesokan harinya, aku
tidak jadi ikut bersama teman-temanku. Aku pergi mengunjungi ayahku di KBRI[6]. Aku sangat merindukan
ayah. Sesampainya disana aku langsung memeluknya.
“apa kabar, nak?”
“baik, yah. Ayah
bagaimana?”
“Ayah sehat, tidak usah
khawatir. Bagaimana latihanmu, sukses?”
“Sukses, yah.
Alhamdulillah. Ini semua berkat doa ayah juga.”
Aku bercakap-cakap dengan
ayah. Rasanya ayah sudah bisa menerimaku sebagai seorang anak militer. Aku rasa
bersalah juga. Rasanya aku adalah anak durhaka. Aku tahu ayah kesepian, ibu
telah tiada. Hanya akulah harapannya. Namun, aku memusnahkan impian ayah.
Tak terasa sudah tiga jam
aku berbincang dengan ayah. Aku mengajak ayah untuk menemaniku ke menara
petronas. Namun, ayah menolak. Banyak kerja yang harus diselesaikan katanya.
Aku terpaksa pergi
sendiri. Sesampainya disana aku terserempak dengan seorang gadis. Aku tak tahu
namanya, yang jelas aku tahu dialah anak datuk Bandar itu.
“hei, awak anak datuk
Hasan, kan?”
“ya, saya Zakrie. Panggil
saja saya zack. Nama kamu siapa?”
“saya nur hayati Fatimah.
Panggil saya nur!”
“Oh, nur… OK. Kamu nak
kemana?”
“saya nak pegi lunch[7], awak nak ikut sama?”
“boleh, saya pun belum
lunch lagi”
“hmm… eloklah tu. Jom!”
Sepanjang hari aku
bersama dengannya. Jantungku selalu berdebar saat bersamanya. Inikah yang
dinamakan cinta? Mungkin saja.
Sebelum maghrib kami
harus sampai di pulapol. Jika tidak, pasti kena hukum. Untung saja aku dan nur
sampai lebih awal.
Hari demi hari aku dan
nur semakin rapat. Hampir setiap makan malam kami makan malam bersama.
Akhirnya, suatu hari aku menyatakan cinta padanya. Dan dia terima. Aku sangat
senang.
Tanpa terasa tinggal
sebulan lagi aku dipulapol. Berbagai macam perasaan yang timbul dihatiku.
Senang, takut, kecewa, sedih, khawatir, dan banyak lagi. Ah, entahlah. Yang
pasti aku harus lulus ujian akhir dan menjadi polisi yang terbaik.
---
Semua pelajar dipulapol
lulus semua. Setelah ini aku berencana untuk pulang ke Indonesia. Tapi,
bagaimana hubungan aku dengan nur? Sepertinya aku harus bertemu dengannya untuk
membicarakan hal ini. Akupun meneleponnya dan kami bersepakat untuk berjumpa
besok di kafe sebelah pulapol. Keesokan harinya aku pun menceritakannya
semuanya pada nur.
“hi, pa kabar?”
“baik, awak macam mana?”
“I’m fine. Saya nak
menyatakan sesuatu pada kamu. Saya ingin pulang ke Indonesia. Saya harap
hubungan kita tidak sampai disini walaupun kita terpisah jauh.”
“saya faham, awak nak
berkhidmat untuk Negara awak. Saya tak nak halang awak. Kalau awak di Indonesia
nanti,… telepon saya, e-mail saya akan selalu terbuka untuk awak”
“terima kasih. Saya plan
nak berangkat next week. Kalau saya boleh tahu, awak ditugaskan kat mana?”
“ saya ditugaskan di IPD[8] ipoh[9], perak. Esok saya akan
berangkat ke perak. Kalau ada waktu, awak datanglah kesana”
“InsyaAllah. Kalau macam
tu saya pergi dulu. Assalamualaikum”
“waalaikumsalam”
Seminggu telah berlalu.
Sebelum aku pulang, aku pamit pada ayah. Aku berjanji pada ayah akan menjadi
polisi yang baik dan selalu menegakkan keadilan. Sesampainya di Indonesia, aku
langsung pulang kerumah dan melamar kerja dikantor polsek Jakarta. Aku langsung
diterima dan membawa gelarku dari Malaysia “Inspektur Zakrie”. Hmm… aku sangat
merindukan nur. Saban hari agak lain rasanya tanpa dia.
Dua tahun telah berlalu.
Aku masih saja sangat merindukannya. Tapi anehnya, setiap SMS dan e-mail yang
aku berikan tidak dibalasnya akhir-akhir ini. Kemana dia pergi? Apa aku harus
megunjunginya ke perak? Hmm… entahlah. Belum lama aku termenung, kapolsek memberi
pengumuman bahwa ia akan pindah tugas ke Papua. Dia mengucapkan kata-kata
perpisahan. Keesokan harinya, aku benar-benar tertegun dan tidak percaya. Oh,
apakah aku sedang mimpi? Ku cubit tangan dan kutampar pipiku berkali-kali. “au,
sakit sekali”. Aku tidak mimpi. Oh, mungkin aku berimajinasi.. berkhayal karena
terlalu rindu padanya. Kugosok-gosok mataku. Namun, ia masih tetap didepanku
sedang berbicara dengan
pegawai lain. Tak salah lagi, dialah nur, kekasihku. Apakah dia kesini untuk
bertemu denganku? Ya, dia pasti memberi kejutan dengan tidak menjawab e-mail
dan sms ku karena dia ingin bersemuka sendiri denganku. Aku akan menyapanya
sekarang. Belum sempat aku melangkahkan kaki, aku dan pegawai lain disuruh
keruang rapat oleh nur. Aku terkejut. Kenapa dia memerintahkan kami semua
seperti itu. Oh, tidak mungkin. Aku memang tidak percaya. Dialah yang
menggantikan kapolsek yang lama. Aku memang senang. Tapi aku tidak suka
dikejutkan seperti ini. Mengapa dia tidak memberitahuku?.
Setelah rapat selesai, aku
segera menanyakan nur semua yang tertanya dihatiku. Dia hanya menjawab ingin
memberiku kejutan. Memang masuk akal. Tapi ada yang aneh dengannya. Dia tidak
banyak berbicara seperti dulu. Ada apa dengannya? Yang jelas hubungan kami
masih berlanjut.
Beberapa hari kemudian,
unit kami dijadikan unit khas dengan nama “task force”. Kami mendapat 1 kasus
yang sudah 10 tahun belum terungkap yaitu kasus kematian penyanyi 70-an yang
bernama Tono Suhendri atau lebih dikenal tendri yang ditemukan mati mengapung
disungai dengan tubuh dan kepala terpisah yang diduga kuat berhubungan dengan
kasus penjualan anak dan pelacuran. Ini kasus terberat pertamaku. Aku pasti
akan menemukan dalangnya.
Telah sebulan kasus ini
ditanganku. Namun, belum ada petunjuk apapun. Aku tidak akan putus asa. Aku
mulai dari awal lagi. Mengapa tendri bisa dikaitkan dengan kasus penjualan anak
dan pelacuran. Memangnya dia siapa? Aku mulai mencari berita sepuluh tahun yang
lalu di internet. Banyak yang menyatakan tendri adalah salah seorang yang terlibat
dengan penjualan anak dan ia berkhianat pada gengnya. Lalu akhirnya, ia dibunuh
dengan kejam. Lalu aku mulai mencari identitas gengnya. Gengnya dikenal dengan
nama “harimau muda”. Geng itu sampai sekarang masih menjadi buronan. Ketua geng
itu pun belum diketahui siapa. Masih banyak yang harus ku cari. Sekarang sudah
jam 12 malam. Aku masih mencari informasi tentang geng itu. Aku mulai
mengetahui beberapa aktor penting yang berperan dalam pemerdagangan anak dan
pelacuran. Kebanyakan dari mereka adalah orang asing yang tinggal di Indonesia.
Tak sadar hari sudah
pagi, aku segera mensucikan tubuhku dan berangkat ke kantor. Hari ini kami
rapat untuk membicarakan dan menyatakan teori masing-masing tentang kasus ini. Dari
rapat ini diketahui markas geng itu berkumpul. Nur langsung menyuruh kami menyerbu
markas mereka. Tapi sesampainya disana, markas mereka sudah kosong. Begitulah
seterusnya. Sudah 10 tempat kami serbu dan semua markas mereka telah
dikosongkan. Aku mulai aneh dengan sikap nur yang raut wajahnya selalu berubah
tak enak ketika kami menyatakan markas baru geng itu. Ah, tapi tidak mungkin.
Aku tahu dia sangat baik.
Keesokan harinya, aku
menyatakan pada nur bahwa aku akan melamarnya setelah kasus ini selesai. Dia
menyatakan bahwa dia siap menungguku walau 1000 kasus yang harus diselesaikan
terlebih dahulu.
Tak terasa sudah dua
tahun kasus ini bersama unit task force. Perkembangan terbaru yang kami
dapatkan bahwa tendri adalah mantan ketua geng harimau muda. Dan kami menduga
bahwa tendri telah dibunuh oleh ketua geng yang sekarang atas alasan perebutan
kekuasaan. Sekarang, kasus ini semakin meluas. Kami tidak hanya mencari
pembunuh tendri, tapi kami harus mengidentifikasi siapakah ketua geng yang baru
dan anggota-anggota mereka yang terbaru pula. Walaupun beberapa dari mereka
sudah kami ketahui.
Duh, kapankah kasus ini
selesai? Apakah dua atau tiga tahun lagi? Atau 10 tahun lagi? Atau sampai akhir
hidupku pun kasus ini tak dapat diselesaikan. Ah. Lebih baik aku bertemu nur
sekarang. Rasanya tidak mungkin menunggu bertahun-tahun untuk melamarnya
menjadi istriku. Dan setelah bertemu, dia setuju.
Keesokan harinya, aku
keluar kantor untuk mencari informasi. Tak sengaja aku melihat nur dengan benz[10]-nya. Aku mengikutinya
dari belakang dengan ducati[11]ku. Nur pergi kesuatu
tempat yang aneh. Dia memasuki sebuah gedung kosong berlantai 3. Aku masuk
secara diam-diam. Aku melihat nur menemui beberapa orang didalam gedung ini.
Rasanya aku pernah melihat wajah mereka. Mereka memanggil amo pada nur. Amo? Oh
my god, tidak mungkin? Amo=bos[12]…. Aku tidak percaya apa
yang mereka katakan. Tidak mungkin nur berkhianat. Aku tahu dia seorang yang
adil dan setia. Ah, mungkin saja dia menyamar.
Prankkk!!! Aku menendang
sebuah tong besi. Mereka menyadari keberadaanku. Belum sempat aku lari, mereka
sudah mengepungku dari segala arah. Aku ditangkap dengan tangan diarahkan
keatas dan diikat dengan rantai. Nur menyuruh anak buahnya keluar. Lalu dia
bertanya padaku.
“sejak kapan kamu tahu
aku disini?”
Aku hanya diam. Dari
pertanyaannya itu aku tahu dia bukan menyamar. Dia benar-benar berkhianat.
Tanpa kutanya dia menceritakan kisahnya.
“kamu tahu kenapa kasus
ini tidak pernah selesai? Karena aku. Semuanya karena aku. Setiap bukti pasti
akan aku musnahkan.”
Dia tertawa, lalu
menangis sejadi-jadinya.
“Aku benci pada tendri.
Tendri harus mati. Dia gila. Dia menghancurkan aku.”
Mendengar itu, aku tak
bisa berkata apa-apa. Lalu nur keluar dari gedung ini dan membiarkan diriku
sendiri. Aku berusaha melepaskan rantai dari pergelangan tanganku. Setelah
sekian lama aku mencoba, akhirnya aku berhasil dan aku melarikan diri dari
gedung ini dengan segera.
Sesampainya dirumah, aku
mulai mengaitkan nur dengan harimau muda. Mengapa dia membunuh tendri?
Bagaimana caranya dia menjadi amo-nya harimau muda. Semalaman aku mencari,
namun tak ada hasil yang kudapatkan. Aku memutuskan untuk pergi kekantor saja.
Sampai dikantor, aku tidak melihat nur. Kata pegawai lain dia cuti selama
seminggu. Lalu aku mengajak pegawai lain untuk mengadakan rapat tanpanya.
Mereka setuju agar aku menjadi pimpinan rapat. Lalu aku menyuruh beberapa
pegawai untuk mencari latar belakang nur dan yang lainnya kusuruh menjejaki
harimau muda lebih lanjut.
Mereka tertanya-tanya
mengapa aku menyuruh mereka mencari latar belakang nur. Dan aku hanya menjawab,
“cari sajalah, aku ingin laporan kalian paling lambat minggu ini”. Dua hari
kemudian, aku mengetahui ternyata nur bukanlah anak datuk Bandar Kuala Lumpur.
Dia adalah korban pemerdagangan anak pada saat berumur 5 tahun. Setelah aku
kaitkan latarbelakangnya dengan harimau muda, ternyata tendrilah yang mencuri
dan menjual nur ke Malaysia. Dan saat berumur 16 tahun, ia mengetahui
keberadaan tendri dan membunuhnya dengan kejam atas alasan sakit hati dan
dendam. Lalu dia menggantikan tendri dengan berbohong kalau tendri mewasiatkan
tahtanya kepada adiknya. Dan nur berpura-pura menjadi adik tendri. Namun, info
terbaru ini masih ku rahasiakan dari pegawai lain.
Setelah sebulan berlalu,
nur tak kunjung datang ke kantor. Dia menghilang begitu saja. Rencana pernikahanku
hancur berantakan. Mengapa dia melakukan ini? Apakah dia tidak mencintaiku? Aku
tambah bingung. Daripada termenung dikantor, aku memutuskan untuk merefresh
otakku dengan berjalan-jalan sejenak. Namun otakku masih pusing juga.
Kuputuskan untuk mengambil cuti dan menemui ayahku. Aku kangen sekali padanya.
Setelah dari KBRI, aku
pergi berjalan-jalan ke pulapol dan kemudian aku ke menara petronas. Disana aku
terserempak dengan seseorang. Aku tidak percaya apa yang kulihat, nur rupanya.
Dia tiba-tiba berbalik dan ingin pergi, tapi sebelum sempat dia melakukan itu,
aku menggenggam tangannya.
“kemana saja kamu selama
ini?”
“kamu tidak perlu tahu”
“Nur, sadarlah! Hentikan
kejahatanmu. Semuanya masih belum terlambat. Tendri sudah mati. Untuk apa kamu
berda digeng itu lagi”
“awak jangan nak masuk
tepi kain orang[13].
Your job are in Indonesia, not in here.”
“yes, that’s right, nur.
I know…”
“enough!.. I’m still your
boss. Jadi saya perintahkan kamu pergi sekarang.”
“kalau sikapmu seperti
ini saya tidak akan segan-segan menangkapmu”
“menangkapku?
Tangkaplah!…kamu ada bukti? Ayo kita bertarung di pengadilan”
“maaf, sekarang saya
memang tidak punya bukti yang cukup. Saya tahu kamu bukan anak kandung datuk
razlan[14]. Kamu korban kejahatan
tendri, saya tahu bagaimana cara kamu masuk dan menjadi amo harimau muda. Kalau
saya beritahu mereka semua ini, bagaimana reaksi mereka?”
Tiba-tiba nur menamparku
dan mengeluarkan jurus karatenya sehingga aku tersungkur ke tanah. Dia berusaha
lari, namun aku segera bangkit dan menangkapnya.
“lepaskan”
“tugas saya adalah menegakkan keadilan dan
mengungkap kebenaran. Dan seharusnya itu tugas kita bersama.”
Tiba-tiba jurus karate
nur keluar lagi. Kali ini lebih keras. Dia lalu pergi begitu saja. Aku berusaha
mengejar, tapi tendangannya keperutku membuat aku tidak berdaya. Aku memutuskan
untuk pamit pada ayah dan kembali ke kantor.
Sesampainya dikantor, aku
terkejut menerima surat pemecatan dari nur. Tampaknya dia sangat marah padaku.
Tapi, walaupun aku tidak bekerja sebagai polisi, aku tidak akan berhenti sampai
disini. Kasus ini harus ku usut sampai tuntas. Namun, aku ingin menunggu reaksi
nur. Kuharap dia berubah pikiran untuk mengakhiri semuanya. Namun, tiba-tiba
aku termenung. Sekarang aku sudah dipecat. Perjuanganku selama ini sudah musnah
sekarang. Oh, tuhan hentikan mimpi buruk ini. Apa yang harus kukatakan pada
ayah seandainya ia tahu aku dipecat. Ah, lebih baik aku segera minta maaf pada
nur dan perkawinanku bisa dilanjutkan. Ya, aku dan nur akan hidup bahagia.
Tidak… tidak mungkin. Kalau aku minta maaf dengannya berarti sama saja dengan
aku berkhianat sepertinya. Tidak! Aku tidak akan melakukan itu. Walaupun aku
bukan polisi sekarang, aku pasti akan menegakkan keadilan dan mengungkapkan
kebenaran.
Sudah sebulan berlalu,
namun nur juga tak mau menyerah. Aku terpaksa menyusun strategi untuk
mendapatkan bukti agar semuanya terungkap dengan jelas. Ketika aku
berjalan-jalan, tiba-tiba ada korban tabrakan dijalan. Aku segera melihat ke
TKP, aku terkejut melihat nur terkapar dengan darah berceceran. Segera kubawa
nur kerumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dokter. Setelah diperiksa dan
diobati, dokter mengatakan kalau kejadian tabrakan itu mengharuskan rahim nur
diangkat. Aku sedih mendengarnya. Lalu, aku menjenguk nur ke kamar pasien.
“hai, nur. Are you OK?”
“please, go away!”
Aku tak ingin membuat
keadaan lebih buruk. Jadi, aku pergi saja. Kuharap hari esok dia akan lebih
baik. Keesokan harinya, aku kembali menjenguk nur dan bertanya pada dokter
bagaimana keadaannya. Kata dokter, besok nur sudah bisa dibawa pulang. Dan
esoknya, kuantarkan nur pulang kerumahnya. Aku masih tidak tega untuk
melanjutkan kasus tendri dalam keadaan nur yang seperti ini. Jadi, kuputuskan
untuk pulang saja.
Keesokan harinya, aku
pergi kekantor. Disana sudah ada nur. Aku memutuskan untuk menemuinya.
“hmm.. zack, ada apa kamu kesini? Surat
pemecatan yang saya keluarkan sudah kamu terima, kan?”
“nur, menyerahlah.
Please! Semuanya masih bisa diperbaiki.”
Nur ingin keluar. Namun,
aku menghalanginya.
“nur, walaupun saya tidak
bekerja lagi sebagai polisi, saya akan tetap mengusut kasus ini sampai tuntas.
Saya hamba Allah, kamu juga hamba Allah. Saya punya tanggungjawab. Saya mengetahui
ada kemungkaran disekitar saya, dilingkungan saya, saya tidak mungkin diam
saja, nur. Azab akhirat amat pedih, sedarlah, nur. Saya akan selalu disisi kamu
dan membantu kamu untuk mencari keluarga kandung kamu, nur.”
Nur hanya terdiam dan
pergi begitu saja. Aku sudah tak tau lagi harus berbuat apa. Kuputuskan untuk
menunggu lagi.
Sudah sebulan berlalu,
nur juga tak mau menyerah. Terpaksa strategi yang telah lama kususun harus ku
laksanakan. Aku segera menelepon nur bahwa aku akan ke markas harimau muda
malam ini untuk memberitahu bahwa dia berbohong selama ini. Tentu saja dia
khawatir dan akan pergi kesana. Setelah itu, aku akan mengajak unit task force
untuk mengadakan serbuan ke markas harimau muda. Mulanya mereka tidak setuju
karena aku sudah dipecat. Tapi, setelah aku memohon dan mengungkap
kejahatan nur, aku berhasil membujuk mereka.
Malampun tiba, task force
dan bantuan anggota dari tim lain segera berangkat. Sesampainya disana, aku
menyuruh unit task force dan yang lain mengepung di luar dan aku masuk kedalam.
Nur ternyata sudah menungguku didalam. Aku langsung dituding dengan
senjata-senjata harimau muda.
“Kalau kau berkata
sepatah katapun, aku akan menembakmu” nur membisikkan ke telingaku.
Aku tidak peduli apa yang
dikatakannya. Aku mencoba membongkar semuanya. kuharap dia tak benar-benar berniat membunuhku.
“hei kalian semua, bos
kalian berbohong selama ini. Dia bukan adik tendri. Dialah yang membunuh
tendri.”
Dor!!! Aku mendengar
suara tembakan itu. Ada darah mengalir dikaki kiriku. Tak ku sangka dia sanggup
melukaiku. Namun, aku tetap berbicara.
“dia membohongi kalian, dia hanya ingin
membalas dendam pada tendri karena telah menjualnya.”
Belum sempat aku melanjutkan
perkataanku, suara tembakan terdengar lagi. Dor..dor…dor!!! 3 peluru menembus
dadaku. Aku terjatuh. Aku hanya bisa melihat polisi datang dan menangkap mereka.
Kepalaku terasa berat, pandanganku semakin gelap.
Aku tersadar, yang
kulihat adalah putih. Aku terbaring. Setelah kubuka mataku, aku baru tahu bahwa
aku dirumah sakit. Aku bersyukur ternyata aku masih hidup. Nyawaku belum
waktunya untuk dicabut. Aku ingin bangkit, namun kepalaku terasa berat. Kulihat
ayah masuk kekamar dan mendekatiku. Ayah mengatakan kakiku harus diamputasi
untuk menyelamatkan nyawaku. Nur…. Pasti dia dipenjara sekarang. Ya, aku
melihat dia ditangkap waktu itu. Semoga saja dia insaf. Mungkin setelah dia
keluar dari penjara nanti aku akan melamarnya. Aku masih mencintainya. Aku pun
tak tahu mengapa?
Setelah dia melakukan ini padaku, seharusnya aku membencinya.
Dia menghancurkan cita-citaku. Tapi aku tidak bisa. Aku yakin aku masih mencintainya.
Kebenaran telah terungkap, dan aku akan menunggunya.
[1] Sekolah Menengah Kebangsaan
[2] Seperti latihan baris-berbaris
dilapangan
[3] walikota
[4] Keluar dari pulapol selama 1 hari.
[5] Perempuan/cewek/pacar
[6] Kedutaan Besar republic Indonesia
[7] Makan siang
[8] Ibu pejabat Polis Daerah
[9] Nama daerah di negeri perak.
[10] Mobil merek Mercedes benz
[11] Merek kereta
[12] Bahasa filipina
[13] Ikut campur
[14]
nama Datuk bandar
0 komentar: