Kamis, 08 Maret 2012

Cerpen Pertamaku

0 komentar

KONSPIRASI CINTA INSPEKTUR HASAN
Aku adalah seorang yang ingin bahagia. Siapa yang tidak ingin bahagia? Semua orang pasti menginginkannya. Ah, andai saja ayahku menyetujui aku untuk masuk sekolah militer. Tapi, ayah ingin aku berpolitik, mengikuti jejaknya. Sejak ibuku meninggal, aku hanya tinggal berdua dengan ayah. Sekarang aku duduk dibangku SMA. Baru masuk tahun ini. Aku sudah berulang kali memohon pada ayah agar aku bisa mencapai cita-citaku menjadi polisi. Namun, ayah tetap pada pendiriannya. Rasanya tidak ada harapan lagi.
Setahun kemudian, ayahku ditawarkan menjadi duta besar di Malaysia. Ia tak menolak dan aku harus ikut pindah, walaupun aku tidak menginginkannya. Tapi ternyata, aku mendapat keberuntungan disini, karena tidak ada sekolah lain yang mau menerimaku selain sekolah militer. Ayahku terpaksa menerima. 

Aku memulai awal sekolahku di SMK[1] Militer Kuala Lumpur. Disekolah ini pelajar laki-laki dan perempuan terpisah. Hari demi hari kulewati dengan gembira. Tentu saja, inilah yang aku inginkan selama ini. Teman-teman disekolah ini sungguh baik dan peramah. Aku cepat beradaptasi dengan mereka walaupun ada beberapa kata yang tidak aku mengerti. Ya, itu semua butuh proses.

Dibulan pertama, aku dicalonkan menjadi ketua kelas karena prestasiku yang bagus. Dan semua teman-temanku setuju. Aku menjalani setiap latihan dengan baik dan sering mendapat prestasi cemerlang. Karena itu, setahun kemudian aku terpilih sebagai siswa undangan untuk memasuki Pusat Latihan Kepolisian (Pulapol) Kuala Lumpur. Aku sangat bertuah sekali.

Di pulapol ini, tidak jauh beda dari sekolah militer. Pelajar perempuan dan laki-laki juga dipisahkan. Hanya saja, dipulapol ini seperti asrama. Kami semua harus tinggal disini selama 1 tahun. Dan rasanya para guru disini lebih garang. Hmm… bukan rasanya, memang benar mereka lebih garang. Disini, asramanya dibagi menjadi beberapa tempat yang dinamakan pelatun. Aku mendapat tempat di pelatun C.

Dibulan pertama, rasanya aku ingin mati saja. Latihan disini sungguh melelahkan. Setiap hari aku harus bangun lebih awal, segalanya dilakukan dengan terburu-buru. Ditengah terik matahari kami harus latihan kawat atau PBB[2] selama berjam-jam. Kakiku rasanya mau patah. Namun, tidak mungkin aku putus asa sekarang. Ini masih terlalu awal. Masih banyak latihan yang aku perlukan untuk menjadi seorang polisi. Aku harus tetap bertahan. Aku pasti, aku akan meraih cita-citaku.

Dibulan kedua, ada pemilihan ketua pasukan pelatun C, dan aku terpilih. Aku bertugas melaporkan segala hal yang pasukan kami lakukan saat diperlukan. Aku ingin menolaknya karena kurasa tugas ini sungguh berat. Namun, tidak etis rasanya, aku dipercaya oleh teman-temanku tetapi aku menghancurkan kepercayaan mereka. Ah, lebih baik aku terima.

Beberapa hari kemudian, pada saat makan malam, aku bertemu seorang wanita yang rasanya pernah aku temui sebelumnya. Ah, aku ingat. Dialah anak Datuk Bandar[3] yang menyambut aku dan ayah saat pertama kali aku ke Kuala Lumpur. Hmm… dia sungguh cantik dan berwibawa seperti ayahnya. Aku ingin menyapanya. Tapi, aku segan. Ah, kapan-kapan sajalah.

Tak terasa sudah 3 bulan aku disini, biasanya setelah 3 bulan kami semua boleh keluar auting[4] di akhir pekan. Hmm… aku ingin kemana ya? Entahlah, mungkin aku akan melihat menara kembar petronas setelah sekian lama aku tak melihatnya lagi, atau mungkin ke tempat-tempat hiburan lain.
“hoi”
Razif mengejutkan aku yang termenung. Dia adalah salah seorang teman baikku dipelatun C.
“ah, ternyata kamu, Razif. Jantungku mau copot ini. Kamu suka sekali mengejutkan aku.”
“awak tu yang suka sangat temenung kenape? Rindu awek[5] ye?”
“apelah awak ni… saya Cuma nak bernostalgia sejenak”
“Hei, zack. Masa auting nanti awak nak pegi mana? Kita orang nak makan angin ni. Awak nak ikut sama, tak?”
“boleh, saya pun tak de plan minggu ni.”

Razif kemudian masuk ke kamarnya. Aku masih saja tidak bisa mengikuti gaya irama mereka berbicara. Walaupun kebanyakan dari bahasa mereka sudah ku kuasai, tapi tetap saja bahasa ibu pertiwiku masih sangat kental. Hmm… memang butuh proses yang panjang. Ah, lebih baik aku tidur saja. Besok, masa autingku harus aku manfaatkan dengan baik.

Keesokan harinya, aku tidak jadi ikut bersama teman-temanku. Aku pergi mengunjungi ayahku di KBRI[6]. Aku sangat merindukan ayah. Sesampainya disana aku langsung memeluknya.
“apa kabar, nak?”
“baik, yah. Ayah bagaimana?”
“Ayah sehat, tidak usah khawatir. Bagaimana latihanmu, sukses?”
“Sukses, yah. Alhamdulillah. Ini semua berkat doa ayah juga.”

Aku bercakap-cakap dengan ayah. Rasanya ayah sudah bisa menerimaku sebagai seorang anak militer. Aku rasa bersalah juga. Rasanya aku adalah anak durhaka. Aku tahu ayah kesepian, ibu telah tiada. Hanya akulah harapannya. Namun, aku memusnahkan impian ayah.

Tak terasa sudah tiga jam aku berbincang dengan ayah. Aku mengajak ayah untuk menemaniku ke menara petronas. Namun, ayah menolak. Banyak kerja yang harus diselesaikan katanya.

Aku terpaksa pergi sendiri. Sesampainya disana aku terserempak dengan seorang gadis. Aku tak tahu namanya, yang jelas aku tahu dialah anak datuk Bandar itu.
“hei, awak anak datuk Hasan, kan?”
“ya, saya Zakrie. Panggil saja saya zack. Nama kamu siapa?”
“saya nur hayati Fatimah. Panggil saya nur!”
“Oh, nur… OK. Kamu nak kemana?”
“saya nak pegi lunch[7], awak nak ikut sama?”
“boleh, saya pun belum lunch lagi”
“hmm… eloklah tu. Jom!”
Sepanjang hari aku bersama dengannya. Jantungku selalu berdebar saat bersamanya. Inikah yang dinamakan cinta? Mungkin saja.
Sebelum maghrib kami harus sampai di pulapol. Jika tidak, pasti kena hukum. Untung saja aku dan nur sampai lebih awal.
Hari demi hari aku dan nur semakin rapat. Hampir setiap makan malam kami makan malam bersama. Akhirnya, suatu hari aku menyatakan cinta padanya. Dan dia terima. Aku sangat senang.
Tanpa terasa tinggal sebulan lagi aku dipulapol. Berbagai macam perasaan yang timbul dihatiku. Senang, takut, kecewa, sedih, khawatir, dan banyak lagi. Ah, entahlah. Yang pasti aku harus lulus ujian akhir dan menjadi polisi yang terbaik.
---
Semua pelajar dipulapol lulus semua. Setelah ini aku berencana untuk pulang ke Indonesia. Tapi, bagaimana hubungan aku dengan nur? Sepertinya aku harus bertemu dengannya untuk membicarakan hal ini. Akupun meneleponnya dan kami bersepakat untuk berjumpa besok di kafe sebelah pulapol. Keesokan harinya aku pun menceritakannya semuanya pada nur.
“hi, pa kabar?”
“baik, awak macam mana?”
“I’m fine. Saya nak menyatakan sesuatu pada kamu. Saya ingin pulang ke Indonesia. Saya harap hubungan kita tidak sampai disini walaupun kita terpisah jauh.”
“saya faham, awak nak berkhidmat untuk Negara awak. Saya tak nak halang awak. Kalau awak di Indonesia nanti,… telepon saya, e-mail saya akan selalu terbuka untuk awak”
“terima kasih. Saya plan nak berangkat next week. Kalau saya boleh tahu, awak ditugaskan kat mana?”
“ saya ditugaskan di IPD[8] ipoh[9], perak. Esok saya akan berangkat ke perak. Kalau ada waktu, awak datanglah kesana”
“InsyaAllah. Kalau macam tu saya pergi dulu. Assalamualaikum”
“waalaikumsalam”

Seminggu telah berlalu. Sebelum aku pulang, aku pamit pada ayah. Aku berjanji pada ayah akan menjadi polisi yang baik dan selalu menegakkan keadilan. Sesampainya di Indonesia, aku langsung pulang kerumah dan melamar kerja dikantor polsek Jakarta. Aku langsung diterima dan membawa gelarku dari Malaysia “Inspektur Zakrie”. Hmm… aku sangat merindukan nur. Saban hari agak lain rasanya tanpa dia.
 
Dua tahun telah berlalu. Aku masih saja sangat merindukannya. Tapi anehnya, setiap SMS dan e-mail yang aku berikan tidak dibalasnya akhir-akhir ini. Kemana dia pergi? Apa aku harus megunjunginya ke perak? Hmm… entahlah. Belum lama aku termenung, kapolsek memberi pengumuman bahwa ia akan pindah tugas ke Papua. Dia mengucapkan kata-kata perpisahan. Keesokan harinya, aku benar-benar tertegun dan tidak percaya. Oh, apakah aku sedang mimpi? Ku cubit tangan dan kutampar pipiku berkali-kali. “au, sakit sekali”. Aku tidak mimpi. Oh, mungkin aku berimajinasi.. berkhayal karena terlalu rindu padanya. Kugosok-gosok mataku. Namun, ia masih tetap didepanku sedang berbicara dengan pegawai lain. Tak salah lagi, dialah nur, kekasihku. Apakah dia kesini untuk bertemu denganku? Ya, dia pasti memberi kejutan dengan tidak menjawab e-mail dan sms ku karena dia ingin bersemuka sendiri denganku. Aku akan menyapanya sekarang. Belum sempat aku melangkahkan kaki, aku dan pegawai lain disuruh keruang rapat oleh nur. Aku terkejut. Kenapa dia memerintahkan kami semua seperti itu. Oh, tidak mungkin. Aku memang tidak percaya. Dialah yang menggantikan kapolsek yang lama. Aku memang senang. Tapi aku tidak suka dikejutkan seperti ini. Mengapa dia tidak memberitahuku?.

Setelah rapat selesai, aku segera menanyakan nur semua yang tertanya dihatiku. Dia hanya menjawab ingin memberiku kejutan. Memang masuk akal. Tapi ada yang aneh dengannya. Dia tidak banyak berbicara seperti dulu. Ada apa dengannya? Yang jelas hubungan kami masih berlanjut.

Beberapa hari kemudian, unit kami dijadikan unit khas dengan nama “task force”. Kami mendapat 1 kasus yang sudah 10 tahun belum terungkap yaitu kasus kematian penyanyi 70-an yang bernama Tono Suhendri atau lebih dikenal tendri yang ditemukan mati mengapung disungai dengan tubuh dan kepala terpisah yang diduga kuat berhubungan dengan kasus penjualan anak dan pelacuran. Ini kasus terberat pertamaku. Aku pasti akan menemukan dalangnya.

Telah sebulan kasus ini ditanganku. Namun, belum ada petunjuk apapun. Aku tidak akan putus asa. Aku mulai dari awal lagi. Mengapa tendri bisa dikaitkan dengan kasus penjualan anak dan pelacuran. Memangnya dia siapa? Aku mulai mencari berita sepuluh tahun yang lalu di internet. Banyak yang menyatakan tendri adalah salah seorang yang terlibat dengan penjualan anak dan ia berkhianat pada gengnya. Lalu akhirnya, ia dibunuh dengan kejam. Lalu aku mulai mencari identitas gengnya. Gengnya dikenal dengan nama “harimau muda”. Geng itu sampai sekarang masih menjadi buronan. Ketua geng itu pun belum diketahui siapa. Masih banyak yang harus ku cari. Sekarang sudah jam 12 malam. Aku masih mencari informasi tentang geng itu. Aku mulai mengetahui beberapa aktor penting yang berperan dalam pemerdagangan anak dan pelacuran. Kebanyakan dari mereka adalah orang asing yang tinggal di Indonesia.

Tak sadar hari sudah pagi, aku segera mensucikan tubuhku dan berangkat ke kantor. Hari ini kami rapat untuk membicarakan dan menyatakan teori masing-masing tentang kasus ini. Dari rapat ini diketahui markas geng itu berkumpul. Nur langsung menyuruh kami menyerbu markas mereka. Tapi sesampainya disana, markas mereka sudah kosong. Begitulah seterusnya. Sudah 10 tempat kami serbu dan semua markas mereka telah dikosongkan. Aku mulai aneh dengan sikap nur yang raut wajahnya selalu berubah tak enak ketika kami menyatakan markas baru geng itu. Ah, tapi tidak mungkin. Aku tahu dia sangat baik.

Keesokan harinya, aku menyatakan pada nur bahwa aku akan melamarnya setelah kasus ini selesai. Dia menyatakan bahwa dia siap menungguku walau 1000 kasus yang harus diselesaikan terlebih dahulu.
Tak terasa sudah dua tahun kasus ini bersama unit task force. Perkembangan terbaru yang kami dapatkan bahwa tendri adalah mantan ketua geng harimau muda. Dan kami menduga bahwa tendri telah dibunuh oleh ketua geng yang sekarang atas alasan perebutan kekuasaan. Sekarang, kasus ini semakin meluas. Kami tidak hanya mencari pembunuh tendri, tapi kami harus mengidentifikasi siapakah ketua geng yang baru dan anggota-anggota mereka yang terbaru pula. Walaupun beberapa dari mereka sudah kami ketahui.

Duh, kapankah kasus ini selesai? Apakah dua atau tiga tahun lagi? Atau 10 tahun lagi? Atau sampai akhir hidupku pun kasus ini tak dapat diselesaikan. Ah. Lebih baik aku bertemu nur sekarang. Rasanya tidak mungkin menunggu bertahun-tahun untuk melamarnya menjadi istriku. Dan setelah bertemu, dia setuju.
Keesokan harinya, aku keluar kantor untuk mencari informasi. Tak sengaja aku melihat nur dengan benz[10]-nya. Aku mengikutinya dari belakang dengan ducati[11]ku. Nur pergi kesuatu tempat yang aneh. Dia memasuki sebuah gedung kosong berlantai 3. Aku masuk secara diam-diam. Aku melihat nur menemui beberapa orang didalam gedung ini. Rasanya aku pernah melihat wajah mereka. Mereka memanggil amo pada nur. Amo? Oh my god, tidak mungkin? Amo=bos[12]…. Aku tidak percaya apa yang mereka katakan. Tidak mungkin nur berkhianat. Aku tahu dia seorang yang adil dan setia. Ah, mungkin saja dia menyamar.

Prankkk!!! Aku menendang sebuah tong besi. Mereka menyadari keberadaanku. Belum sempat aku lari, mereka sudah mengepungku dari segala arah. Aku ditangkap dengan tangan diarahkan keatas dan diikat dengan rantai. Nur menyuruh anak buahnya keluar. Lalu dia bertanya padaku.
“sejak kapan kamu tahu aku disini?”
Aku hanya diam. Dari pertanyaannya itu aku tahu dia bukan menyamar. Dia benar-benar berkhianat. Tanpa kutanya dia menceritakan kisahnya.
“kamu tahu kenapa kasus ini tidak pernah selesai? Karena aku. Semuanya karena aku. Setiap bukti pasti akan aku musnahkan.”
Dia tertawa, lalu menangis sejadi-jadinya.
“Aku benci pada tendri. Tendri harus mati. Dia gila. Dia menghancurkan aku.”
Mendengar itu, aku tak bisa berkata apa-apa. Lalu nur keluar dari gedung ini dan membiarkan diriku sendiri. Aku berusaha melepaskan rantai dari pergelangan tanganku. Setelah sekian lama aku mencoba, akhirnya aku berhasil dan aku melarikan diri dari gedung ini dengan segera.

Sesampainya dirumah, aku mulai mengaitkan nur dengan harimau muda. Mengapa dia membunuh tendri? Bagaimana caranya dia menjadi amo-nya harimau muda. Semalaman aku mencari, namun tak ada hasil yang kudapatkan. Aku memutuskan untuk pergi kekantor saja. Sampai dikantor, aku tidak melihat nur. Kata pegawai lain dia cuti selama seminggu. Lalu aku mengajak pegawai lain untuk mengadakan rapat tanpanya. Mereka setuju agar aku menjadi pimpinan rapat. Lalu aku menyuruh beberapa pegawai untuk mencari latar belakang nur dan yang lainnya kusuruh menjejaki harimau muda lebih lanjut.

Mereka tertanya-tanya mengapa aku menyuruh mereka mencari latar belakang nur. Dan aku hanya menjawab, “cari sajalah, aku ingin laporan kalian paling lambat minggu ini”. Dua hari kemudian, aku mengetahui ternyata nur bukanlah anak datuk Bandar Kuala Lumpur. Dia adalah korban pemerdagangan anak pada saat berumur 5 tahun. Setelah aku kaitkan latarbelakangnya dengan harimau muda, ternyata tendrilah yang mencuri dan menjual nur ke Malaysia. Dan saat berumur 16 tahun, ia mengetahui keberadaan tendri dan membunuhnya dengan kejam atas alasan sakit hati dan dendam. Lalu dia menggantikan tendri dengan berbohong kalau tendri mewasiatkan tahtanya kepada adiknya. Dan nur berpura-pura menjadi adik tendri. Namun, info terbaru ini masih ku rahasiakan dari pegawai lain.

Setelah sebulan berlalu, nur tak kunjung datang ke kantor. Dia menghilang begitu saja. Rencana pernikahanku hancur berantakan. Mengapa dia melakukan ini? Apakah dia tidak mencintaiku? Aku tambah bingung. Daripada termenung dikantor, aku memutuskan untuk merefresh otakku dengan berjalan-jalan sejenak. Namun otakku masih pusing juga. Kuputuskan untuk mengambil cuti dan menemui ayahku. Aku kangen sekali padanya.
Setelah dari KBRI, aku pergi berjalan-jalan ke pulapol dan kemudian aku ke menara petronas. Disana aku terserempak dengan seseorang. Aku tidak percaya apa yang kulihat, nur rupanya. Dia tiba-tiba berbalik dan ingin pergi, tapi sebelum sempat dia melakukan itu, aku menggenggam tangannya.
“kemana saja kamu selama ini?”
“kamu tidak perlu tahu”
“Nur, sadarlah! Hentikan kejahatanmu. Semuanya masih belum terlambat. Tendri sudah mati. Untuk apa kamu berda digeng itu lagi”
“awak jangan nak masuk tepi kain orang[13]. Your job are in Indonesia, not in here.”
“yes, that’s right, nur. I know…”
“enough!.. I’m still your boss. Jadi saya perintahkan kamu pergi sekarang.”
“kalau sikapmu seperti ini saya tidak akan segan-segan menangkapmu”
“menangkapku? Tangkaplah!…kamu ada bukti? Ayo kita bertarung di pengadilan”
“maaf, sekarang saya memang tidak punya bukti yang cukup. Saya tahu kamu bukan anak kandung datuk razlan[14]. Kamu korban kejahatan tendri, saya tahu bagaimana cara kamu masuk dan menjadi amo harimau muda. Kalau saya beritahu mereka semua ini, bagaimana reaksi mereka?”

Tiba-tiba nur menamparku dan mengeluarkan jurus karatenya sehingga aku tersungkur ke tanah. Dia berusaha lari, namun aku segera bangkit dan menangkapnya.
“lepaskan”
 “tugas saya adalah menegakkan keadilan dan mengungkap kebenaran. Dan seharusnya itu tugas kita bersama.”
Tiba-tiba jurus karate nur keluar lagi. Kali ini lebih keras. Dia lalu pergi begitu saja. Aku berusaha mengejar, tapi tendangannya keperutku membuat aku tidak berdaya. Aku memutuskan untuk pamit pada ayah dan kembali ke kantor.

Sesampainya dikantor, aku terkejut menerima surat pemecatan dari nur. Tampaknya dia sangat marah padaku. Tapi, walaupun aku tidak bekerja sebagai polisi, aku tidak akan berhenti sampai disini. Kasus ini harus ku usut sampai tuntas. Namun, aku ingin menunggu reaksi nur. Kuharap dia berubah pikiran untuk mengakhiri semuanya. Namun, tiba-tiba aku termenung. Sekarang aku sudah dipecat. Perjuanganku selama ini sudah musnah sekarang. Oh, tuhan hentikan mimpi buruk ini. Apa yang harus kukatakan pada ayah seandainya ia tahu aku dipecat. Ah, lebih baik aku segera minta maaf pada nur dan perkawinanku bisa dilanjutkan. Ya, aku dan nur akan hidup bahagia. Tidak… tidak mungkin. Kalau aku minta maaf dengannya berarti sama saja dengan aku berkhianat sepertinya. Tidak! Aku tidak akan melakukan itu. Walaupun aku bukan polisi sekarang, aku pasti akan menegakkan keadilan dan mengungkapkan kebenaran.

Sudah sebulan berlalu, namun nur juga tak mau menyerah. Aku terpaksa menyusun strategi untuk mendapatkan bukti agar semuanya terungkap dengan jelas. Ketika aku berjalan-jalan, tiba-tiba ada korban tabrakan dijalan. Aku segera melihat ke TKP, aku terkejut melihat nur terkapar dengan darah berceceran. Segera kubawa nur kerumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dokter. Setelah diperiksa dan diobati, dokter mengatakan kalau kejadian tabrakan itu mengharuskan rahim nur diangkat. Aku sedih mendengarnya. Lalu, aku menjenguk nur ke kamar pasien.
“hai, nur. Are you OK?”
“please, go away!”

Aku tak ingin membuat keadaan lebih buruk. Jadi, aku pergi saja. Kuharap hari esok dia akan lebih baik. Keesokan harinya, aku kembali menjenguk nur dan bertanya pada dokter bagaimana keadaannya. Kata dokter, besok nur sudah bisa dibawa pulang. Dan esoknya, kuantarkan nur pulang kerumahnya. Aku masih tidak tega untuk melanjutkan kasus tendri dalam keadaan nur yang seperti ini. Jadi, kuputuskan untuk pulang saja.
Keesokan harinya, aku pergi kekantor. Disana sudah ada nur. Aku memutuskan untuk menemuinya.
 “hmm.. zack, ada apa kamu kesini? Surat pemecatan yang saya keluarkan sudah kamu terima, kan?”
“nur, menyerahlah. Please! Semuanya masih bisa diperbaiki.”
Nur ingin keluar. Namun, aku menghalanginya.
“nur, walaupun saya tidak bekerja lagi sebagai polisi, saya akan tetap mengusut kasus ini sampai tuntas. Saya hamba Allah, kamu juga hamba Allah. Saya punya tanggungjawab. Saya mengetahui ada kemungkaran disekitar saya, dilingkungan saya, saya tidak mungkin diam saja, nur. Azab akhirat amat pedih, sedarlah, nur. Saya akan selalu disisi kamu dan membantu kamu untuk mencari keluarga kandung kamu, nur.”
Nur hanya terdiam dan pergi begitu saja. Aku sudah tak tau lagi harus berbuat apa. Kuputuskan untuk menunggu lagi.

Sudah sebulan berlalu, nur juga tak mau menyerah. Terpaksa strategi yang telah lama kususun harus ku laksanakan. Aku segera menelepon nur bahwa aku akan ke markas harimau muda malam ini untuk memberitahu bahwa dia berbohong selama ini. Tentu saja dia khawatir dan akan pergi kesana. Setelah itu, aku akan mengajak unit task force untuk mengadakan serbuan ke markas harimau muda. Mulanya mereka tidak setuju karena aku sudah dipecat. Tapi, setelah aku memohon dan mengungkap kejahatan nur, aku berhasil membujuk mereka.

Malampun tiba, task force dan bantuan anggota dari tim lain segera berangkat. Sesampainya disana, aku menyuruh unit task force dan yang lain mengepung di luar dan aku masuk kedalam. Nur ternyata sudah menungguku didalam. Aku langsung dituding dengan senjata-senjata harimau muda.
 “Kalau kau berkata sepatah katapun, aku akan menembakmu” nur membisikkan ke telingaku.
Aku tidak peduli apa yang dikatakannya. Aku mencoba membongkar semuanya. kuharap dia tak benar-benar berniat membunuhku.
“hei kalian semua, bos kalian berbohong selama ini. Dia bukan adik tendri. Dialah yang membunuh tendri.”
Dor!!! Aku mendengar suara tembakan itu. Ada darah mengalir dikaki kiriku. Tak ku sangka dia sanggup melukaiku. Namun, aku tetap berbicara.
 “dia membohongi kalian, dia hanya ingin membalas dendam pada tendri karena telah menjualnya.”

Belum sempat aku melanjutkan perkataanku, suara tembakan terdengar lagi. Dor..dor…dor!!! 3 peluru menembus dadaku. Aku terjatuh. Aku hanya bisa melihat polisi datang dan menangkap mereka. Kepalaku terasa berat, pandanganku semakin gelap.
Aku tersadar, yang kulihat adalah putih. Aku terbaring. Setelah kubuka mataku, aku baru tahu bahwa aku dirumah sakit. Aku bersyukur ternyata aku masih hidup. Nyawaku belum waktunya untuk dicabut. Aku ingin bangkit, namun kepalaku terasa berat. Kulihat ayah masuk kekamar dan mendekatiku. Ayah mengatakan kakiku harus diamputasi untuk menyelamatkan nyawaku. Nur…. Pasti dia dipenjara sekarang. Ya, aku melihat dia ditangkap waktu itu. Semoga saja dia insaf. Mungkin setelah dia keluar dari penjara nanti aku akan melamarnya. Aku masih mencintainya. Aku pun tak tahu mengapa? 
Setelah dia melakukan ini padaku, seharusnya aku membencinya. Dia menghancurkan cita-citaku. Tapi aku tidak bisa. Aku yakin aku masih mencintainya. Kebenaran telah terungkap, dan aku akan menunggunya.
 

[1] Sekolah Menengah Kebangsaan
[2] Seperti latihan baris-berbaris dilapangan
[3] walikota
[4] Keluar dari pulapol selama 1 hari.
[5] Perempuan/cewek/pacar
[6] Kedutaan Besar republic Indonesia
[7] Makan siang
[8] Ibu pejabat Polis Daerah
[9] Nama daerah di negeri perak.
[10] Mobil merek Mercedes benz
[11] Merek kereta
[12] Bahasa filipina
[13] Ikut campur
[14] nama Datuk bandar

0 komentar: